Jejak Perjuanganku dalam Menembus SBMPTN 2018

Oleh: In’am Zaidi

Perjalanan saya menuju Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 dimulai saat kelas dua belas atau tepatnya pada awal semester satu kelas dua belas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Saya waktu itu mulai mencoba mencari informasi hal-hal yang berkaitan dengan pendaftaran mahasiswa baru. Saya melakukan dengan mulai dari gabung dengan grup calon mahasiswa baru di beberapa media sosial, seperti Facebook dan lain-lain. Saya juga mulai mencari informasi lewat internet terkait dengan beasiswa-beasiswa yang ada di dalam negeri. Waktu itu,  saya sempat berpikir dan bertekad bahwa ”Pokoknya  saya harus bisa melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi, apapun itu tantangannya. Walaupun harus berjuang melawan ribuan peserta lain, pokoknya saya harus bisa!” Saya mengatakan begitu karena saya ingin membuktikan bahwa saya bisa, walaupun saya berasal dari keluarga yang  secara ekonomi bisa dibilang pas-pasan, yang kita sering menyebutnya dengan istilah “wong ndeso”. Saya yakin itu semua tidak menghalangi niat saya untuk bisa melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Saya berpikiran bahwa setiap orang berhak melanjutkan pendidikan.

Saya berpandangan secara pribadi bahwa pendidikan itu sangatlah penting. Saya berpandangan seperti itu karena saya sendiri terinspirasi dari salah satu guru di SMK yang saya tempuh. Nama beliau adalah Pak Setiadi. Saya sangat salut dengan beliau, karena beliau telah membuktikan bahwa pendidikan itu tidak mengenal usia. Lewat inspirasi dari beliau saya juga berpesan kepada diri saya bahwa “Saya ini masih muda, saya masih sehat, pokoknya saya harus bisa melanjutkan pendidikan, pokoknya saya harus bisa”. Sampai sekarang kata-kata itu yang menjadi motivasi bagi saya. Alasan lain kenapa saya ingin melanjutkan pendidikan yaitu terinspirasi dari salah satu pemuda di Desa Karanganyar tepatnya di Jambudesa. Nama pemuda itu Mukhanif Yasin Yusuf, beliau adalah sosok pemuda yang hebat, beliau telah membuktikan kepada semua orang walaupun beliau penyandang disabilitas dan walaupun beliau berasal dari keluarga yang kurang mampu, tetapi itu semua tidak menghalangi niat beliau untuk melanjutkan pendidikan, bahkan yang lebih hebat beliau sekarang mendapatkan beasiswa Starta 2 (S2) di Australia. Beliau juga telah membuktikan kepada kita semua bahwa apapun kondisi kita, itu semua tidak akan menghalangi cita-cita kita untuk  bisa melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Lewat inspirasi dari kedua tokoh tersebut, saya lebih bersemangat lagi dalam mengejar cita-cita.

Baca Juga:  Hubungan Antara Takdir, Kehendak Dan Hidayah

Saya sebenarnya juga sempat bingung dan sempat berfikir serta berencana untuk kerja terlebih dahulu. Alasannya yang pertama yaitu saya ingin menerapkan kemampuan saya di bidang teknik komputer jaringan untuk diterapkan  di dunia kerja.  Saya sendiri lulusan SMK yang tujuan utamanya lulus bisa langsung kerja di dunia industri. Alasan kedua saya untuk bekerja yaitu ingin membantu perekonomian keluarga. Saya adalah anak terakhir dari keluaraga dan seharusnya bisa membantu meringankan orang tua serta menjadi harapan satu-satunya.  Saya dengan keadaan bingung dengan pilihan antara lanjut kerja atau lanjut kuliah. Saya akhirnya berusaha konsultasi terlebih dahulu kepada kedua orang tua saya. Setelah konsultasi, kedua orang tua saya menyerahkan semua keputusan kepada saya. Mereka hanya bisa mendukung, mendo’akan yang terbaik buat saya.

Setelah menimbang-nimbang dan berpikir panjang tentang pilihan antara kerja atau lanjut kuliah. Saya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah terlebih dahulu. Saya mempunyai rencana awal yaitu mendaftar di salah satu beasiswa yang ada di dalam negeri, yaitu beasiswa BCA PPA/PPTI  yang diselenggarakan oleh Bank BCA. Beasiswa tersebut meliputi beasiswa pendidikan selama tiga tahun dengan biaya gratis, dan bebas biaya hidup. Banyaknya peminat dan pendaftar serta kuota yang diberikan terbatas ditambah dengan persaingan yang sangat ketat. Saya akhirnya hanya lolos pada seleksi awal, yaitu seleksi administrasi. Saya dinyatakan gagal pada waktu tes online. Karena rencana awal saya gagal, kemudian saya mencoba mendaftar beasiswa lain, yaitu beasiswa Jentera School. Karena pada waktu itu saya terlalu sibuk dengan keperluan sekolah seperti Try Out, Ujian Praktek Kejuruan, Ujian Sekolah, dan Ujian Nasional. Akhirnya rencana saya untuk mendaftar beasiswa tersebut tidak terurus dan terpaksa tertunda.

Baca Juga:  Menemukan Keseimbangan Antara Kehidupan Kuliah dan Spiritualitas

Selain mendaftar beasiswa tersebut, saya juga sempat mendaftar perkuliahan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dalam seleksi tersebut banyak yang dipertimbangkan, salah satunya yaitu faktor alumnni yang diterima di PTN, akreditasi sekolah, akreditasi kejuruan dan lain-lain. Hal tersebut menjadikan kemungkinan bagi saya untuk lolos semakin sedikit. Apalagi saya hanya lulusan SMK, maka untuk dapat lolos SNMPTN sangatlah minim peluangnya. Biasanya jalur SNMPTN diperuntukan untuk mereka yang dari Sekolah Menengah Akhir (SMA). Pengumuman SNMPTN tiba dan ternyata dugaan awal saya benar. Saya dinyatakan tidak lolos SNMPTN.

Perjuangan saya untuk bisa kuliah tidak hanya berhenti sampai disini. Saya masih mempunyai rencana dan usaha lain. Saya mendaftar PTN lewat jalur SBMPTN. Walaupun saya sudah gagal dalam beberapa beasiswa dan gagal dalam jalur SNMPTN tapi itu semua tidak menjadikan saya lemah dan putus asa. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya akhirnya saya memberanikan diri untuk mendaftar SBMPTN. Saya melalui jalur SBMPTN mengambil pilihan pertama di Universitas Negeri Semarang atau Unnes dengan Program Studi Ilmu Hukum. Ini memang sangat bertolak belakang dengan jurusan saya waktu SMK. Saya dulu di SMK mengambil Jurusan Komputer dan Jaringan tetapi saat SBMPTN saya mengambil Jurusan Hukum. Saya mungkin dapat dikatakan lintas jurusan, tapi itu semua tidak menghalangi saya untuk belajar lebih giat lagi agar bisa lolos seleksi tersebut.

Baca Juga:  Kita Tidak Bisa Mengubah Dunia Hanya dengan Satu Riset, Short Course Metodologi Riset untuk Santri oleh Pesantren Riset Al-Muhtada x Populi Center

Saya sadar bahwa di luar sana banyak teman yang tidak mendukung dan bahkan mereka cenderung merendahkan saya. Mereka sering mengatakan kepada saya bahwa “ Kamu itu terlalu percaya diri. Kamu itu backgroundnya SMK Teknik. Kenapa kamu waktu SBMPTN tidak ambil jurusan lain? Passing grade hukum itu tinggi dan kemungkinan untuk lolos sedikit”. Saya dengan modal yakin dan berusaha bersungguh-sungguh pasti bisa. Walaupun waktu untuk persiapan SBMPTN hanya beberapa hari saja, tetapi saya tidak menyia-menyiakan waktu tersebut. Saya mulai mempersiapkan untuk belajar materi yang berkaitan dengan rumpun ilmu sosial dan humaniora. Saya mulai mengerjakan soal-soal tahun sebelumnya hingga membaca materi materi yang ada di internet. Saya setelah itu langsung mengikuti tes SBMPTN. Saya waktu itu melaksanakan tes SBMPTN di SMK Negeri 2 Purwokerto. Modal saya adalah yakin, do’a restu orang tua, dan usaha yang telah saya lakukan. Saya langsung mengerjakan soal SBMPTN tersebut semaksimal yang saya bisa. Saya yakin bahwa usaha itu tidak akan mengkhianati hasil.

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba. Pengumuman SBMPTN tiba dan sayadinyatakan lolos. Saya sendiri sangat bersyukur, walaupun dengan persiapan yang sangat minim dan waktu belajar yang sangat singkat sekali yaitu sekitar tujuh hari sebelum tes SBMPTN. Saya bisa membuktikan kepada mereka yang sempat merendahkan saya, bahwa saya pasti bisa. Alhamdulillah, saya lolos SBMPTN dan diterima disalah satu PTN, yaitu di UNNES, dengan pilihan Program Studi Ilmu Hukum.

Penulis merupakan Santri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa FH Universitas Negeri Semarang

Related Posts

Latest Post