Sustainable Development dalam Perspektif Islam

Islam dan sustainable developement (Freepik - almuhtada.org)

Al Muhtada. org – Di era modern ini, pembicaraan tentang pembangunan berkelanjutan telah menjadi semakin relevan. Kita semua memahami bahwa kebutuhan manusia harus dipenuhi tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Namun, seberapa banyak kita menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari? Dari perspektif Islam, terdapat ajaran yang mendalam tentang bagaimana kita seharusnya berinteraksi dengan bumi yang kita huni.

Dalam Islam, prinsip-prinsip ini sangat selaras dengan ajaran-ajaran agama, di mana manusia dipandang sebagai khalifah di bumi yang harus menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya dan pelestarian lingkungan.

Al-Qur’an dan hadis memberikan landasan yang kuat dalam mendukung gagasan ini, yang memadukan tanggung jawab spiritual dan material umat manusia terhadap bumi.

Allah SWT telah menciptakan alam semesta dan segala isinya untuk kesejahteraan manusia, tetapi dengan tanggung jawab moral untuk menjaga dan melestarikannya. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 30, Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ ٣٠

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (QS. Al-Baqarah: 30).

Ayat ini menggarisbawahi tugas manusia sebagai pengelola bumi yang harus bertindak bijaksana dalam menggunakan sumber daya yang tersedia. Tanggung jawab ini mengharuskan kita untuk mencegah eksploitasi yang berlebihan dan kerusakan lingkungan.

Baca Juga:  Kinerja Ekonomi Kabupaten Boyolali 2024: Industri Pengolahan menjadi Penopang Utama Pertumbuhan

Dalam hal penggunaan sumber daya alam, Al-Qur’an mengingatkan pentingnya prinsip keseimbangan. Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 31:

۞ يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍۢ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ ٣١

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31). Ayat ini mendorong manusia untuk menggunakan sumber daya dengan bijak dan tidak berlebihan, yang merupakan inti dari konsep pembangunan berkelanjutan. Menjaga keseimbangan ini adalah bagian dari kewajiban manusia sebagai hamba Allah dan pengelola bumi.

Lebih jauh, Al-Qur’an menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem, yang telah diciptakan Allah dalam harmoni yang sempurna. Allah berfirman:

وَٱلسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ ٱلْمِيزَانَ ٧ أَلَّا تَطْغَوْا۟ فِى ٱلْمِيزَانِ ٨ وَأَقِيمُوا۟ ٱلْوَزْنَ بِٱلْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا۟ ٱلْمِيزَانَ ٩

“Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, supaya kamu jangan merusak keseimbangan itu” (QS. Ar-Rahman: 7-9). Ayat ini menegaskan bahwa manusia harus memelihara keseimbangan alam yang telah Allah ciptakan, dengan tidak merusak ekosistem melalui tindakan yang merugikan lingkungan.

Selain itu, hadis Nabi Muhammad SAW juga banyak mengandung ajaran tentang pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu hadis yang relevan menyatakan:

عن مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ بَنَى بُنْيَانًا فِى غَيْرِ ظُلْمٍ وَلَا اعْتِدَاءٍ أَوْ غَرَسَ غَرْسًا فِى غَيْرِ ظُلْمٍ وَلَا اعْتِدَاءٍ كَانَ لَهُ أَجْرٌ جَارِيًا مَا انْتَفَعَ بِهِ مِنْ خَلْقِ

Baca Juga:  Turunnya Hujan dalam Islam : Rahmat atau Petaka ?

“Dari sahabat Muadz bin Anas ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang mendirikan bangunan atau menanam pohon tanpa kezaliman dan melewati batas, niscaya itu akan bernilai pahala yang mengalir selama bermanfaat bagi makhluk Allah yang bersifat rahman,'” (HR Ahmad).

Hadis ini menekankan manfaat jangka panjang dari tindakan menjaga dan merawat lingkungan. Menanam pohon dan melestarikan alam bukan hanya tindakan ekologis, tetapi juga amal yang bernilai ibadah dalam pandangan Islam.

Dalam Al-Qur’an juga disebutkan pentingnya tidak melakukan kerusakan di bumi. Allah berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَـٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًۭا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌۭ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ ٥٦

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya” (QS. Al-A’raf: 56).

Ini adalah larangan keras terhadap tindakan yang dapat menyebabkan degradasi lingkungan, termasuk deforestasi, polusi, dan eksploitasi sumber daya yang tidak berkelanjutan. Menjaga bumi berarti memastikan bahwa kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang dapat terjamin melalui pemanfaatan yang bijak dan bertanggung jawab terhadap alam.

Keadilan antar generasi juga menjadi konsep penting dalam pembangunan berkelanjutan, yang dalam Islam terwujud dalam bentuk amanah dan tanggung jawab. Allah berfirman:

وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ بِسَاطًۭا ١٩ لِّتَسْلُكُوا۟ مِنْهَا سُبُلًۭا فِجَاجًۭا ٢٠

“Dan Allah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan agar kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu” (QS. Nuh: 19-20). Ini menunjukkan bahwa bumi adalah sarana kehidupan yang disediakan oleh Allah untuk semua manusia, bukan hanya untuk generasi tertentu. Oleh karena itu, keadilan dalam pemanfaatan sumber daya merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap umat manusia.

Baca Juga:  Hipnotis dan Cara Terhindar dalam Perspektif Islam

Dengan landasan yang kuat dari Al-Qur’an dan hadis, kita melihat bahwa Islam tidak hanya sekadar mendorong pembangunan berkelanjutan, tetapi juga mengharuskan kita untuk memelihara hubungan harmonis dengan alam.

Mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam kehidupan kita sehari-hari adalah langkah nyata untuk menunjukkan tanggung jawab kita terhadap bumi dan semua makhluk hidup di dalamnya. Dengan demikian, kita tidak hanya memenuhi kewajiban sebagai khalifah, tetapi juga menjalankan amanah yang diberikan oleh Allah SWT. [] Rizqie Nur Salsabila

Related Posts

Latest Post