Almuhtada.org – Dalam kehidupan manusia kita setidaknya pernah merasa kesusahan. Baik yang taat ataupun tidak kepada Allah Swt., manusia pasti akan diuji imannya atau mentalnya. Yang perlu disadari, ujian yang diberikan tentulah memiliki tujuan dibaliknya, yakni mendekatkan manusia itu sendiri kepada sang Pencipta, Allah Swt..
Apabila orang tersebut dapat bertahan dari ujian tersebut, maka ia akan merasakan hati yang tenang dan teguh pada pendirian yang benar, serta tidak goyah akan masalah yang akan dialami kedepannya.
Namun, jika orang tersebut tidak kuat atau tidak dapat bertahan dari ujian yang diberikan oleh Allah, maka ia akan merasa bahwa didunia ini ialah orang yang paling tidak beruntung dari yang lain. Mengapa demikian?
Cobaan Allah itu sangat berat bagi orang yang tidak tahu cara menghadapinya. Yang namanya ujian, tentulah ada jawaban dan solusinya. Allah tidak memberatkan umatnya sendiri karena ujian Allah itu berdasarkan kemampuan umatnya sendiri.
Apabila ada orang merasa bahwa Allah ingin menyiksa kita atau kita tidak bisa melakukannya, maka ialah orang yang akan bernasib buruk kedepannya. Karena hakikatnya, ujian itu diberikan ketika kita ingin meluruskan niat kita kepada Allah, dan kita sendiri mulai bergerak untuk menjalankan perintah-Nya.
Sedangkan orang yang tidak diberikan ujian itulah orang yang harus diwaspadai karena ia tidak dekat dengan Allah, padahal terus menerus diberikan anugerah, diberikan rezeki yang melimpah, diberikan kesempatan yang banyak, diberikan sesuatu yang melebihi kita umat Islam di dunia dengan sewajarnya.
Di saat manusia merasa bahwa dirinya itu lebih hebat dari yang lain maka akan timbal sifat riya’, sombong, munafik, egois, dan lain sebagainya. Saat diberi cobaan sedikit ia terus mengeluh dan menyalahkan orang lain tanpa alasan. Tidak hanya itu, ia juga bahkan akan menjatuhkan orang lain yang dibencinya atau orang yang tidak disukainya dengan membenarkan cara apapun.
Orang inilah yang akan menjadi cikal-bakal kerusakan dunia ataupun kerusakan dan perpecahan diantara umat manusia itu sendiri.
Oleh karenanya, jika kita merasa bahwa hidup kita baik baik saja dan selalu lancar, maka itu harus diwaspadai, siapa tahu kita sudah mulai menjauhkan diri dengan Allah Swt.. Kita perlu tetap menjaga shalat dengan memperbaiki nya baik dari gerakan maupun bacaannya serta terus mengingat bahwa Allah selalu mengawasi apa yang kita lakukan.
Kunci dalam menghadapi ujian atau cobaan yang diberikan oleh Allah itu adalah sabar. Dengan sabar, kita dapat tahu efek ketenangan yang ditimbulkan meskipun kita akan merasakan rasa yang tidak mengenakan.
Tidak serta merta bersabar saja, namun kita harus bisa menyeleksi apa yang salah serta membenarkan yang salah pada diri kita dengan melakukan introspeksi diri yang dapat dilakukan melalui bertobat nasuha dan juga mengevaluasi apa yang kurang dari kita.
Konsistenlah dalam bersabar serta berikhtiar semaksimal mungkin. Selanjutnya berpasrahlah kepada Allah terhadap hasil yang akan datang kepada kita.
Melalui hal tersebut, akan tiba masa tentang kabar gembira untuk kita, baik menemukan solusi dari permasalahan yang ada, ataupun karunia lain berupa rezeki, kesehatan, dan lain sebagainya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman:
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَا لْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ نْفُسِ وَا لثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Wa lanabluwannakum bisyai-im minal-khoufi wal-juu’i wa naqshim minal-amwaali wal-angfusi was-samaroot, wa basysyirish-shoobiriin
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)
Karena dunia ini terbatas, janganlah merasa diri ini yang terbaik didunia ini. Selain terdapat kesempatan melakukan suatu kebaikan, pasti ada kesempatan untuk melakukan hal buruk juga.
Oleh karena itu, kita wajib bijak dalam memilih keputusan dan selalu menjaga apa yang kita lihat, rasakan, ucapkan, jalankan agar kita tidak terjerumus untuk mengambil kesempatan melakukan hal buruk. [Ngafif Fatah Damawan]
Editor: Syukron Ma’mun