Gaya Kepemimpinan Rabbani: Seperti Apa itu?

Ilustrasi Pemimpin dalam Islam (pinterest.com-almuhtada.org)

almuhtada.org- Kepemimpinan merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial yang sangat perlu berinteraksi dengan sesamanya.

Dalam interaksi sosial tersebut diperlukan kepemimpinan. Bahkan cakupan dari kepemimpinan itu sendiri cukup luas, baik dalam memimpin keluarga, organisasi, maupun negara.

Dalam Islam, kepemimpinan tidak hanya dipandang sebagai sarana mengatur dan mengendalikan, tetapi juga sebagai amanah besar yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Allah Swt. telah memberikan contoh melalui Nabi-Nya sebagai contoh kepemimpinan yang patut ditiru. Dari sinilah lahir konsep kepemimpinan rabbani, sebuah model kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai ilahiah dan bertujuan menghadirkan kemaslahatan bagi seluruh umat.

Secara terminologis, kata Rabbani berasal dari kata Rabb yang berarti Tuhan. Kepemimpinan rabbani berarti kepemimpinan yang bersumber dari nilai-nilai ketuhanan, menjadikan Allah sebagai pusat orientasi, dan wahyu sebagai pedoman utama. Seorang pemimpin rabbani tidak menjadikan kekuasaan sebagai tujuan, melainkan sebagai sarana untuk beribadah dan melayani.

Hal ini berdasarkan pada firman Allah dalam Al-qur’an surat Ali-Imran : 79

مَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّؤْتِيَهُ اللّٰهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَۙ

Artinya: Tidak sepatutnya seseorang diberi Alkitab, hukum, dan kenabian oleh Allah, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu para penyembahku, bukan (penyembah) Allah,” tetapi (hendaknya dia berkata), “Jadilah kamu para pengabdi Allah karena kamu selalu mengajarkan kitab dan mempelajarinya!”.

 

Lantas apa saja ciri ciri kepemimpinan yang Rabbani itu?

  1. Berlandaskan Tauhid
Baca Juga:  Menjadi Pemimpin yang Bermakna untuk Peradaban Dunia

Kepemimpinan Rabbani lahir dari kesadaran tauhid yang kuat. Pemimpin meyakini bahwa kekuasaan sejati milik Allah, sehingga ia memimpin dengan rendah hati dan penuh tanggung jawab

  1. Menjunjung Tinggi Amanah dan Keadilan

Pemimpin Rabbani menempatkan keadilan sebagai prinsip utama. Ia tidak memihak, tidak menyalahgunakan jabatan, dan berusaha memenuhi hak-hak yang dipimpinnya.

  1. Keteladanan dalam Akhlak

Kepemimpinan Rabbani tercermin dari akhlak. Kejujuran, kesederhanaan, kesabaran, dan kasih sayang menjadi karakter yang tampak nyata dalam tindakan, bukan sekadar retorika.

  1. Mengutamakan Musyawarah

Seorang pemimpin Rabbani tidak otoriter. Ia membuka ruang dialog, mendengar masukan, dan menjadikan musyawarah sebagai metode pengambilan keputusan.

  1. Berorientasi pada Kemaslahatan

Setiap kebijakan diarahkan untuk kebaikan bersama, bukan kepentingan kelompok atau diri sendiri. Kemaslahatan umat menjadi tolok ukur utama keberhasilan kepemimpinan.

 

Kelima hal tersebut sudah ada dalam bentuk kepemimpinan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Kala itu beliau memimpin sesuai dengan aturan yang Allah berikan, langkah yang daimbil ketika beliau memimpin tidak sedikitpun keluar dengan prinsip ketauhidan.

Beliau memimpin dengan cinta, ketegasan, dan kebijaksanaan. Dalam sejarah Islam, kepemimpinan Khulafaur Rasyidin juga mencerminkan nilai-nilai Rabbani, seperti keadilan Umar bin Khattab, kejujuran Abu Bakar, kelembutan Utsman bin Affan, dan kecerdasan Ali bin Abi Thalib.

Di era modern yang kompleks, kepemimpinan Rabbani tetap relevan. Dunia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya cakap secara manajerial, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual. Kepemimpinan Rabbani mampu menjadi penyeimbang antara kemajuan material dan nilai-nilai kemanusiaan.Dalam konteks organisasi, pendidikan, maupun pemerintahan, gaya kepemimpinan Rabbani dapat menciptakan lingkungan yang adil, beretika, dan berorientasi pada keberlanjutan.

Baca Juga:  Gotong Royong Budaya Nusantara yang Sejalan dengan Ajaran Islam

Sebagai kesimpulan, kepemimpinan Rabbani adalah bentuk kepemimpinan yang tidak pernah keluar dari syariat dan prinsip ketauhidan. Kepemimpinan ini tidak mengedepankan kehendak dari manusia itu sendiri, melainkan atas dasar ketahuidan. Di tengah tantangan zaman, kepemimpinan Rabbani bukanlah konsep utopis, melainkan kebutuhan nyata untuk menghadirkan keadilan, keteladanan, dan keberkahan dalam kehidupan bersama. [Khoirul Umam]

Related Posts

Latest Post