almuhtada.org – Sebagai umat muslim tentulah kita ingin mencari cara untuk mencapai ridha Allah SWT. Seringnya kita berpikir bahwa untuk mendapatkan ridha Allah kita harus melakukan amalan besar terlebih dahulu, misalnya saja salat malam berjam-jam, sedekah melimpah, atau puasa sunnah yang rutin. Padahal tidak melulu begitu.
Rasulullah SAW memberitahu melalui sabdanya bahwa keridaan Allah juga bisa hadir dalam hal-hal yang sangat sederhana.
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا، أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya Allah rida kepada seorang hamba yang memakan suatu makanan lalu ia memuji-Nya karenanya, dan meminum suatu minuman lalu ia memuji-Nya karenanya.” (HR. Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa Allah mencintai kesadaran kecil bukan hanya amal besar. Saat kita mengingat-Nya melalui ucapan hamdalah yakni “Alhamdulillah” setelah makan dan minum, itu bukan ucapan semata tapi juga wujud pengakuan bahwa segala nikmat berasal dari-Nya.
Sederhana memang, namun dalam maknanya.
Setiap kali kita menyebut “Alhamdulillah” setelah makan dan minum, kita sebenarnya sedang menegaskan bahwa semua nikmat itu datang dari Allah, bukan hasil jerih payah semata. Ucapan itu kecil di lisan, tapi besar nilainya di sisi-Nya.
Syukur: Kunci Ridha yang Tersembunyi
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)
Ayat ini menegaskan bahwa syukur bukan hanya ucapan, melainkan jalan menuju bertambahnya nikmat dan turunnya ridha. Ucapan “Alhamdulillah” yang lahir dari hati adalah bentuk ibadah yang sederhana namun sering kita lewatkan.
Sering kali kita makan sambil menatap layar, minum sambil tergesa yang tanpa sadar sebenarnya saat itu kita tengah melewatkan momen untuk merasa cukup dan bersyukur.
Padahal, setiap kali kita meneguk air dan mengucap syukur, Allah berkenan ridha. Setiap kali kita menyelesaikan sepiring nasi dan memuji-Nya, Allah tersenyum pada kita.
Di balik setiap suapan dan tegukan, ada kasih Allah yang menuntun yakni dari makanan minuman yang dapat kita peroleh, hujan yang turun, hingga napas yang membuat kita bisa menikmati semuanya.
Kesadaran itu yang sesungguhnya ingin diajarkan Rasulullah, bahwa bersyukur adalah ibadah yang hidup di sela keseharian bukan hanya di sajadah.
Menata Hari dengan Ridha Allah
Keridaan Allah ternyata begitu dekat. Ia tidak menuntut sesuatu yang berat, hanya hati yang sadar dan lisan yang memuji. Dua hal sepele, makan dan minum bisa menjadi jalan menuju surga bila disertai rasa syukur.
Maka mulai sekarang, setiap kali tanganmu menggenggam gelas atau sendok, ingatlah ada peluang untuk dicintai Allah dalam momen sesederhana itu. Ucapkan “Alhamdulillah” dengan hati yang penuh, karena bisa jadi dari situ Allah menuliskan ridha-Nya untukmu.
Dan bukankah ridha-Nya adalah kebahagiaan tertinggi yang kita dambakan?
Wallahu a’lam bishawab. [Rezza Salsabella Putri]











