Memaafkan Itu Berat, Tapi Bisa Dilatih! Inilah Rumus Sajedah yang Jarang Diketahui

Dua telapak tangan terbuka memegang kertas bertuliskan kata FORGIVE, simbol proses memaafkan dan melepaskan luka batin (canva.com/dolphfyn-almuhtada.org)

almuhtada.org – Setiap orang pasti pernah mengalami luka batin yang ditimbulkan oleh ucapan atau tindakan orang lain.

Rasa sakit itu nyata dan sering kali meninggalkan jejak mendalam yang sulit dihapus begitu saja.

Sebuah pertanyaan kemudian muncul, bagaimana cara benar-benar memaafkan?

Ustadz Sonny Abi Kim dalam video youtubenya menjelaskan bahwa memaafkan bukanlah proses yang instan, melainkan sebuah perjalanan batin yang membutuhkan kesadaran penuh, latihan yang berulang, serta pertolongan rahmat Allah.

Memaafkan tidak sama dengan menahan rasa sakit atau berpura-pura melupakan pengalaman yang buruk.

Luka batin dapat diibaratkan seperti luka fisik yang memerlukan waktu untuk pulih.

Semakin dalam lukanya, semakin lama pula proses pemulihannya.

Ketika seseorang berusaha memaafkan, ia tidak harus menuntut agar rasa sakit langsung hilang seketika.

Yang berkurang adalah intensitas rasa sakit itu, seiring dengan waktu dan usaha yang sungguh-sungguh. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Asy-Syura ayat 40

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَاۚ فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ ۝٤٠

Artinya: Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.

Ayat di atas menegaskan bahwa memaafkan bukan hanya sekadar pilihan emosional, melainkan jalan menuju pahala dan ketenangan.

Baca Juga:  Syariat Islam Mulai Dianggap Aneh Bahkan Terkesan Asing?

Dengan begitu, proses panjang yang kita jalani dalam memaafkan sesungguhnya bukan tanpa arti, melainkan bernilai ibadah.

Memaafkan Bukan Berarti Melupakan

Banyak orang yang salah kaprah ketika menyamakan memaafkan dengan melupakan.

Ingatan tentang kejadian buruk akan tetap tersimpan dalam memori.

Namun, perbedaannya terletak pada cara hati dalam merespons ingatan tersebut.

Ketika seseorang memilih untuk memaafkan, memori itu tidak akan lagi menjadi beban, melainkan akan menjadi suatu pelajaran yang berharga.

Memaafkan berarti mengubah energi luka menjadi ruang untuk pertumbuhan diri yang lebih matang dan bijak.

Di dalam hati manusia terdapat dua kecenderungan utama, yaitu dorongan ego dan dorongan rahmah.

Ego mengajak untuk membalas sakit dengan sakit, sedangkan rahmah menggerakkan hati untuk tetap memberi kebaikan meski pernah disakiti.

Latihan memaafkan sejatinya adalah latihan memilih rahmah di atas ego.

Proses itu tidak mudah, tetapi di situlah letak ujian sekaligus kesempatan mendekatkan diri kepada Allah.

Rumus Sajedah: Sadar, Jeda, Pilih

Ustadz Sonny memberikan sebuah rumus sederhana namun efektif untuk membantu hati kita lebih terarah, yaitu rumus sajedah.

Langkah pertama adalah sadar dengan mengakui rasa sakit yang muncul tanpa menolaknya.

Langkah kedua adalah jeda dengan cara berhenti sejenak, menarik napas, berzikir, atau membaca istighfar.

Langkah ketiga adalah pilih, yaitu mengambil sikap terbaik yang tidak dikendalikan oleh ego.

Baca Juga:  Memaafkan: Demi Kebaikan Orang lain dan Kebaikan Diri Sendiri

Dengan pola ini, seseorang belajar merespons secara sadar, bukan sekadar bereaksi secara emosional.

Doakan dan Jaga Batasan

Salah satu latihan paling berat sekaligus paling bernilai adalah mendoakan kebaikan bagi orang yang menyakiti.

Doa ini bukan berarti membenarkan kesalahan yang telah dilakukan, melainkan cara membersihkan hati kita dari racun dendam.

Saat hati kita ikhlas mendoakan, energi negatif perlahan berganti menjadi ketenangan.

Di sisi lain, memaafkan tidak berarti seseorang harus kembali dekat dengan pelaku.

Menjaga jarak atau menetapkan batasan justru menjadi bagian penting dari kesehatan jiwa.

Batasan yang sehat bukanlah bentuk dendam, melainkan perlindungan diri agar tidak terluka untuk kedua kalinya.

Memaafkan merupakan perjalanan panjang yang melibatkan kesadaran, doa, dan rahmat Allah.

Proses itu tidak menghapus memori, tetapi meringankan beban emosional sehingga hati menjadi lebih lapang.

Melalui latihan sajedah, seseorang akan semakin terampil memilih rahmah dibanding ego, sehingga kehidupannya dipenuhi ketenangan dan kekuatan batin. [] Miftahudin

Related Posts

Latest Post