Oleh: Tyas Artika W.H (Mahasiswa UIN Sunan Kudus)
almuhtada.org – Dalam menjalani kehidupan, umat Islam kerap menghadapi beragam pilihan sulit, mulai dari urusan pernikahan, pekerjaan, hingga keputusan-keputusan pribadi lainnya. Salah satu cara yang diajarkan dalam Islam untuk memohon petunjuk adalah dengan melaksanakan shalat istikharah, yaitu ibadah sunnah berupa shalat dua rakaat yang disertai doa khusus memohon bimbingan kepada Allah SWT.
Menurut hadis Rasulullah SAW (HR. Bukhari), istikharah merupakan wujud tawakal seorang Muslim kepada Allah agar diberikan petunjuk dalam menentukan pilihan. Meski demikian, tidak semua Muslim merasa yakin dengan hasil dari istikharah ini. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan keraguan terhadap istikharah serta bagaimana memahami ibadah ini dengan lebih bijak.
Alasan tidak semua muslim yakin dengan istikharah, Terdapat sejumlah alasan mengapa sebagian umat Islam merasa ragu atau kurang yakin terhadap hasil dari shalat istikharah. Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya pemahaman mengenai hakikat istikharah itu sendiri.
Banyak yang mengira bahwa istikharah akan selalu memberikan petunjuk jelas, seperti mimpi atau tanda-tanda khusus. Padahal, hasil istikharah bisa hadir dalam bentuk rasa mantap di hati, kelancaran dalam memilih suatu jalan, atau bahkan hambatan yang membuat seseorang menjauh dari pilihan tertentu. Ketidaktahuan terhadap makna ini seringkali menimbulkan rasa kecewa ketika tanda yang diharapkan tidak muncul, sehingga memunculkan keraguan terhadap efektivitas istikharah.
Kedua ada perbedaan Tingkat keimanan dan sikap tawakal seseorang sangat memengaruhi cara mereka menerima hasil dari istikharah. Seorang Muslim dengan keimanan yang kokoh biasanya lebih mudah meyakini bahwa Allah pasti memberikan petunjuk terbaik, meskipun hasilnya tidak sesuai dengan keinginan pribadi—sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 216.
Sebaliknya, mereka yang masih diliputi keraguan atau belum sepenuhnya berserah diri kepada Allah cenderung mempertanyakan hasil istikharah, apalagi jika petunjuk yang datang terasa samar atau tidak sejalan dengan harapan mereka.
Ketiga bisa dari pengaruh tradisi lokal dan budaya Dalam sejumlah komunitas, pelaksanaan istikharah kerap dipengaruhi oleh budaya setempat, seperti kecenderungan menafsirkan mimpi secara berlebihan atau menghubungkannya dengan kepercayaan non-Islam, seperti ramalan atau hitungan tertentu.
Di beberapa wilayah Indonesia, misalnya, istikharah sering dikaitkan dengan tradisi weton Jawa. Perpaduan antara ajaran agama dan budaya ini dapat menimbulkan kebingungan dan mengurangi keyakinan terhadap istikharah, terutama bila hasilnya tidak sejalan dengan harapan yang dibentuk oleh norma atau kepercayaan budaya tersebut.
Terakhir ada Ekspektasi Pribadi dan Kondisi Psikologis, Orang yang sejak awal sudah memiliki kecenderungan kuat terhadap satu pilihan sering kali mengalami kesulitan menerima hasil istikharah yang tidak sejalan dengan keinginannya. Kurangnya kesabaran dalam menanti petunjuk atau dorongan emosional yang kuat dapat memicu keraguan terhadap hasil istikharah.
Dalam beberapa situasi, seseorang yang melaksanakan istikharah dengan niat yang tidak sepenuhnya tulus atau disertai rasa ragu cenderung merasa bahwa petunjuk yang diperoleh tidak jelas atau tidak meyakinkan.
Menumbuhkan keyakinan terhadap hasil istikharah agar kepercayaan terhadap istikharah semakin kuat, umat Muslim dapat mengambil beberapa langkah penting:
- Memahami Hakikat Istikharah secara Mendalam: Pelajari cara pelaksanaan istikharah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan sadari bahwa jawabannya tidak selalu datang dalam bentuk tanda-tanda fisik atau mimpi, tetapi bisa berupa kemudahan dalam menjalani pilihan atau ketenangan batin.
- Meningkatkan Iman dan Tawakal: Perkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah yang konsisten seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an. Dengan mendekatkan diri kepada-Nya, keyakinan bahwa segala keputusan Allah adalah yang terbaik akan tumbuh lebih kokoh.
- Menumbuhkan Sikap Sabar dan Ketulusan: Jalankan istikharah dengan niat yang ikhlas serta kesabaran dalam menunggu petunjuk dari Allah, tanpa terbebani oleh keinginan pribadi atau harapan tertentu.
Istikharah merupakan karunia dari Allah SWT yang ditujukan untuk membantu umat Islam dalam menentukan pilihan terbaik dalam kehidupan. Meski demikian, sebagian Muslim masih meragukan hasilnya akibat keterbatasan pemahaman, perbedaan tingkat keimanan, pengaruh adat atau budaya lokal, serta keinginan pribadi yang terlalu kuat.
Dengan memperdalam pemahaman tentang makna istikharah, memperkuat sikap tawakal, dan melaksanakannya dengan hati yang ikhlas, seorang Muslim akan lebih mudah meyakini bahwa petunjuk Allah pasti mengarah pada kebaikan.
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).