almuhtada.org – Hijrah bukanlah tentang menjadi manusia yang sempurna. Hijrah merupakan keberanian yakni keberanian untuk berubah menjadi lebih baik untuk meninggalkan kebiasaan lama yang menjauhkan diri dari Allah, dan untuk melangkah menuju kebaikan, setahap demi setahap. Seperti yang dikatakan oleh Ustaz Hanan Attaki, “Hijrah bukan berarti menjadi sempurna, tapi berani untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.” Sehingga keetika kita ingin berhijrah tidak harus menjadi sangat sempurna, karena sesungguhnya hijrah merupakan Langkah kita agar lebih baik dari sebelumnya. Dalam konteks tahun baru Islam, khususnya bulan Muharram, hijrah mendapatkan makna yang sangat mendalam.
Muharram merupakan bulan yang penuh keutamaan. Bukan hanya sebagai awal tahun dalam kalender Hijriyah, tetapi juga sebagai momentum perenungan dan pembaruan diri. Pada bulan Muharram ini merupakan kesempatan bagi kita untuk bermuhasabah, merenungi kembali apakah jiwa dan batin kita selama ini sudah dekat dengan Allah?Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hasyr ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dari firman Allah pada surah Al-Hasyr ayat 18 diatas kita sebagai seorang yang beriman diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah, dan juga hendaknya kita memperhatikan apa yang sudah atau telah kita perbuat atau persiapkan untuk hari esok yaitu akhirat, maknanya kita seharusnya melakukan perbuatan kebaikan yang diridhoi oleh Allah untuk bekal di hari akhir kelak.
Pada ayat ini dibuka dan ditutup dengan seruan takwa, yang menunjukkan bahwa muhasabah dan perencanaan hidup sejati tidak bisa dilepaskan dari ketakwaan kepada Allah. Pada bulan Muharram ini mengajak kita menoleh ke belakang bukan untuk meratapi kegagalan, melainkan untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari masa lalu, mengajak kita menyongsong hari ini dengan syukur atas nikmat dari Allah yang tak terhitung, serta menatap masa depan dengan harapan dan ketakwaan. Inilah semangat hijrah yang harus kita terapkan dalam kehidupan yaitu perubahan yang berlandaskan iman, muhasabah, dan tekad untuk menjadi lebih baik.
Dr. Umar Faruq Abd-Allah, dalam tulisannya “The Hijrah: A Blueprint for Muslim Renewal” menyampaikan bahwa hijrah bukanlah pelarian, tetapi strategi membangun masa depan umat. Hijrah adalah fondasi peradaban. Rasulullah SAW dan para sahabat meninggalkan Mekkah bukan untuk lari dari tekanan, tetapi untuk membangun tatanan baru yang adil, damai, dan penuh keberkahan di Madinah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nouman Ali Khan bahwa masa lalu bukanlah penjara yang membatasi kita, melainkan rahmat dari Allah yang mendidik kita. “Masa lalumu adalah rahmat Allah untuk mendidikmu, bukan penjara yang mendefinisikanmu.” Maka, bulan Muharram adalah momentum untuk menulis lembaran baru dalam hidup kita dengan tinta kebaikan, kejujuran, dan ketakwaan. Hijrah tidak harus menjadi yang paling sempurna, justru bisa dimulai dari hal kecil seperti menahan amarah, memperbaiki dan menegakkan shalat, menjauhi ghibah, atau menjaga pandangan dari yang bukan mahrom kita. Tidak ada langkah hijrah yang sia-sia jika dilakukan dengan ikhlas. Setiap usaha menuju Allah akan selalu dihitung dan dibalas, sebagaimana janji-Nya dalam Al-Qur’an. [] Puan Sukowati