Biografi singkat Sunan Muria dan Dakwahnya yang Menarik

ilustrasi sunan Muria/Raden Umar Said (pinterest.com - almuhtada.org)

almuhtada.org– Sunan Muria atau Raden Umar Said merupakan salah satu tokoh Walisongo, beliau diperkirakan lahir pada tahun 1450M merupakan putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Sarah (putri Maulana Ishaq), semasa kecil Sunan Muria belajar ilmu oleh bapaknya, saat beranjak remaja beliau berguru pada Ki Ageng ngerang bersama dengan Sunan Kudus dan Adipati Pathak. Dalam berdakwah beliau sering kali berbaur dengan  penduduk sekitar, beliau berdakwah sembari mengajarkan cara bercocok tanam, berdagang, hingga kesenian.

Meski beliau merupakan tokoh yang suka berbaur dengan rakyat kecil, ternyata beliau merupakan salah satu tokoh penting dalam kesultanan Demak, Raden Umar Said pernah terlibat dalam pemilihan Raden Patah sebagai pemimpin perdana Kerajaan Islam di Jawa. Beliau dijuluki sebagai Sunan Muria karena menetap di Gunung Muria, Gunung Muria terletak dipantai utara Jawa Tengah, di sebelah timur laut kota Semarang.

Seperti halnya tokoh Walisongo yang lain, Sunan Muria selalu membaurkan ajaran Islam dengan budaya setempat agar ajaran Islam lebih mudah diterima warga, beliau kerap memainkan pertunjukan wayang gubahan untuk menyebarkan ajaran Islam, selain itu beliau mengubah tradisi Bancakan yang ada di daerah setempat dengan mengubah fungsi tumpeng menjadi kenduri untuk mengirim doa pada orang-orang terdahulu yang telah meninggal. Karena dakwahnya yang menarik dan mudah di terima itulah ajaran islam banyak tersebar di berbagai wilayah, mulai dari lereng gunung Muria, pelosok Pati, Juana, hingga ke pesisir Utara.

Baca Juga:  Antara Perasaan dan Keyakinan: Bedah Lagu Mangu dalam Kaca Mata Islam

Sunan Muria meninggal dunia pada tahun 1560M, beliau dimakamkan  di desa Celo, tepatnya di lereng gunung Muria, Kecamatan Dawe, Kudus. Hingga kini belum dapat dipastikan di hari apa dan bulan apa beliau wafat. Semasa hidupnya beliau telah menciptakan berbagai macam karya dan budaya seperti tembang macapat, adat kenduri, hingga tanaman parijoto dan pakis haji. [Dani Hasan]

 

Related Posts

Latest Post