Circle Kuliah dan Cara Menghadapi Semua Gejolaknya agar Mental Health-mu Gak Terguncang

Mahasiswa sedang duduk termenung di pojok kafe kampus, mengenang persahabatannya yang berubah (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Persahabatan di masa kuliah sering dianggap sebagai ikatan yang paling tulus. Teman-teman kampus adalah orang-orang yang menemani kita dalam fase transisi menuju kedewasaan. Mereka mendengar curhat kita tentang kuliah yang bikin stres, tentang dosen killer, tentang gebetan yang bikin baper, hingga soal mimpi masa depan. Namun, apa jadinya ketika orang yang kita percaya sepenuh hati justru menyakiti kita?

Banyak mahasiswa yang terkejut ketika sahabat yang mereka banggakan tiba-tiba berubah. Mungkin awalnya dia selalu ada, mendukung setiap langkah kita, tapi kemudian mulai menjauh, mengabaikan, atau bahkan menusuk dari belakang. Rasanya sulit menerima kenyataan bahwa orang yang kita jadikan tempat berbagi ternyata tidak seperti yang kita kira.

Baca Juga:  The Story of Prophet Hizqil Reviving Israelites

Banyak yang bilang, “Ah, biasa aja lah, namanya juga pertemanan,” tapi bagi sebagian orang, dikhianati sahabat itu lebih pahit daripada disakiti pacar. Sebab, sahabat sering kali menjadi bagian dari diri kita. Kepercayaan yang terbangun bukan hanya soal janji, tetapi juga tentang rasa aman yang sudah dibangun bersama.

Sebagai mahasiswa yang sedang belajar menjadi dewasa, kita perlu menyadari bahwa tidak semua orang bisa menjaga rahasia, tidak semua orang siap untuk setia dalam segala kondisi. Kadang, orang yang kita jadikan sahabat hanya ingin memanfaatkan cerita kita, atau bahkan merasa iri dengan pencapaian kita.

Maka langkah pertama saat disakiti sahabat adalah merenung — tanyakan pada diri sendiri apa yang sebenarnya membuat kita terluka. Apakah itu benar-benar kesalahan mereka, atau ekspektasi kita yang terlalu tinggi?

Langkah kedua adalah belajar menerima bahwa tidak semua orang akan selalu sama. Persahabatan, seperti cinta, bisa berubah. Dan perubahan itu bukan selalu salah satu pihak yang buruk, tapi bisa juga karena keadaan dan prioritas yang berubah.

Baca Juga:  Bagaimana Pembagian Daging kurban yang Sesuai dengan Syariat Islam?

Langkah ketiga adalah memilih siapa yang pantas kita percaya. Tidak semua orang harus menjadi sahabat dekat. Kita bisa tetap baik kepada semua orang, tetapi tidak semua orang perlu tahu segalanya tentang kita.

Ironisnya, banyak mahasiswa yang bilang “ah, sahabat sendiri kok kayak gitu,” lalu trauma dan akhirnya menutup diri dari orang lain. Padahal, luka dari satu sahabat bukan berarti dunia ini jahat.

Jangan biarkan rasa sakit menghalangi kita untuk bertumbuh. Karena di balik rasa sakit itu, kita belajar untuk lebih selektif, lebih dewasa, dan lebih menghargai orang-orang yang benar-benar tulus.

Dalam dunia kampus yang keras, kita harus punya filter: siapa yang hanya datang saat senang, siapa yang bertahan saat kita jatuh. [Nevia Anggriya Orvala]

Related Posts

Latest Post