Merangkul yang Lemah, Bukan Menghardiknya!

Ilustrasi sekelompok orang yang sedang merundung dan menghardik orang yang lebih lemah dari mereka (freepik.com -almuhtada.org)
Ilustrasi sekelompok orang yang sedang merundung dan menghardik orang yang lebih lemah dari mereka (freepik.com -almuhtada.org)

almuhtada.org – Pernahkah kamu mendapati seseorang yang sedang menghardik atau merendahkan orang lain? Sayangnya pemandangan seperti itu tidak jarang kita temui dalam kehidupan ini, jika kamu belum mendapatinya secara real life saya yakin setidaknya kamu pernah mendapati orang yang mencela dan merendahkan orang lain di dunia maya. Miris. Kehidupan sosial yang kita jalani pasti akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang lebih lemah dari kita, entah itu lemah secara fisik, ekonomi, status sosial, maupun kemampuan. Namun kelemahan mereka bukanlah hal yang pantas untuk sebebasnya kamu hardik! Dalam pandangan Islam, orang-orang lemah bukanlah beban masyarakat, melainkan amanah dari Allah yang harus dilindungi, dirangkul, dan dimuliakan.

Allah SWT memerintahkan agar kita memperlakukan orang yang lemah dengan kasih sayang. Dalam surat Ad-Dhuha, Allah berfirman:

 

فَأَمَّا ٱلۡيَتِيمَ فَلَا تَقۡهَرۡۖ ٩ وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنۡهَرۡۖ ١٠

“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah kamu membentaknya.” (QS. Ad-Dhuha: 9–10)

Ayat ini menekankan bahwa sikap kasar terhadap anak yatim dan orang miskin adalah perilaku tercela. Sebaliknya, Allah ingin kita menjadi sosok yang penuh empati dan kelembutan terhadap mereka yang tergolong orang lemah. Dua ayat ini turun untuk mengingatkan bahwa keberadaan anak yatim dan orang miskin adalah ladang amal bagi orang beriman. Menghardik mereka bukan hanya mencederai akhlak, tetapi juga menyalahi ajaran kasih sayang yang diajarkan oleh Islam.

Baca Juga:  Ambruknya Tata Kelola dan Budaya Korupsi yang Mengakar Kuat Pada Perusahaan Sektor Publik di Indonesia

Sikap mencela, meremehkan, atau memandang rendah orang yang lebih lemah seperti orang miskin, difabel, yatim piatu, atau orang yang tertinggal secara pendidikan adalah bentuk kezaliman sosial. Islam mengajarkan keadilan sosial bahwa setiap manusia memiliki kemuliaan di sisi Allah, bukan berdasarkan harta, kedudukan, atau fisik, tetapi berdasarkan ketakwaan.

إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Nabi Muhammad SAW adalah suri teladan utama dalam memperlakukan mereka yang lemah dengan kelembutan dan penghargaan. Beliau bersabda:

هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ

”Bukankah kalian diberi pertolongan dan rezeki karena orang-orang lemah di antara kalian?” (HR. Bukhari, no. 2896)

Hadis ini mengajarkan bahwa justru keberadaan orang-orang yang lemah di tengah masyarakat merupakan sebab turunnya pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT. Sikap merendahkan atau menghardik orang-orang yang kesulitan justru bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi kasih sayang dan keadilan sosial.

Merangkul orang lemah bukan berarti kita harus selalu memberi harta. Terkadang, sikap hormat, senyum, sapaan hangat, atau membela mereka dari ejekan adalah bentuk kebaikan yang besar nilainya di sisi Allah.

Islam adalah agama kasih sayang. Ia datang bukan untuk mengangkat yang kuat saja, tetapi untuk membela yang tertindas, menyelamatkan yang terpinggirkan, dan membangun masyarakat yang adil bagi semua. Merangkul mereka yang lemah adalah bukti keimanan, sedangkan menghardik mereka adalah tanda kesombongan yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.

Baca Juga:  Malam 1 Rajab dianggap Mustajab? Inilah Amalan-Amalan yang Harus Dilakukan

“Tebarkan kasih sayang, bukan celaan. Ulurkan tangan, bukan telunjuk yang menghakimi.” [] Rezza Salsabella Putri

Related Posts

Latest Post