Bukan Waktu yang Salah, Hanya Belum Siap

Gambar ilustrasi waktu yang salah freepik

almuhtada.org – Sebagai manusia mungkin seringkali merasakan perasaan tidak puas ketika melihat orang lain mencapai impian lebih cepat. Seringkali bertanya-tanya, “Kenapa bukan aku saja? Kenapa aku belum mendapatkan apa yang diidamkan?”. Di balik kegelisahan itu, tersembunyi pesan bahwa setiap fase hidup memiliki waktunya masing-masing. Bukankah benar bahwa terkadang bukan waktu yang salah, melainkan diri sendiri yang belum siap menghadapi tuntutan atau kesempatan itu?

Setiap perjalanan hidup memiliki ujiannya sendiri mulai dari kegagalan, penundaan, hingga rasa iri terhadap keberhasilan orang lain. Perasaan iri sendiri, meskipun wajar, sering kali menjerat hati dan membuat kehilangan pandangan akan perjalanan hidup sendiri. Mulai merasa tidak cukup atau membandingkan langkah dengan orang lain tanpa menyadari bahwa setiap perjalanan itu unik dan tak terulang. Dalam proses perbandingan itulah, seringkali lupa bahwa Allah telah merancang perjalanan hidup dengan pola dan waktu yang berbeda-beda.

Baca Juga:  Ini Amalan Setelah Surat Al-Waqi’ah Menuju Kelapangan Rezeki dan Kemudahan

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.” Ayat ini mengingatkan bahwa setiap ujian yang datang adalah sesuai dengan kemampuan yang miliki. Penundaan yang dialami bukanlah suatu bentuk kekurangan dari waktu, melainkan bentuk persiapan dan penguatan agar mampu menghadapi tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.

Rasa tidak puas dan iri memang menjadi cermin bahwa masih dalam proses belajar menerima takdir. Sebab, dengan menerima bahwa setiap momen hidup adalah bagian dari rencana yang lebih besar, yang perlahan bisa belajar untuk terus berbenah diri. Kesiapan hati dan pikiran adalah kunci agar ketika saat yang ditunggu tiba, diri sendiri benar-benar mampu menyambutnya dengan ikhlas dan penuh rasa syukur. Sambil menunggu waktu yang tepat, alangkah baiknya senagai manusia menyibukkan diri dengan pengembangan diri, meningkatkan keimanan, dan berusaha memperbaiki kelemahan. Proses ini mengajarkan untuk lebih sabar, lebih lapang hati, dan lebih bersyukur atas apa yang telah diberikan.

Daripada terus mengeluh, lebih baik menjadikan masa penantian itu sebagai ladang ibadah dan refleksi diri. Karena pada akhirnya, keberhasilan yang sesungguhnya tidak hanya diukur dari seberapa cepat kita mencapai target melainkan seberapa matang dalam menghadapinya. Terkadang mungkin belum siap hari ini, namun dengan terus belajar dan memperbaiki diri nanti saatnya pun akan datang. Seperti pelangi yang muncul setelah hujan, setiap fase dalam hidup memiliki keindahan dan arti yang mendalam ketika bersedia menunggu dan mempersiapkan diri dengan sepenuh hati. [Neha Puspita Arum]

 

 

 

 

 

 

Related Posts

Latest Post