Jangan Terlalu Sensitif

Gambaran seseorang yang terlalu sensitif (www.freepik.com)

almuhtada.org – Tulisan ini ditulis merujuk pada buku “Menjadi Pribadi yang Diterima dan Disukai Di Mana Pun” karya Restia Ningrum. Judul yang sama menarik perhatian saya ketika membaca buku tersebut. Terhenyak dan merasa familier dengan perasaan itu. Restia menyatakan bahwa orang yang memiliki sensitivitas tinggi cenderung lebih lama mengambil keputusan.

Menjadi seseorang yang peka adalah bagus, namun sering kali kadar kepekaan tersebut berlebihan sehingga menjadi perasaan sensitif. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, ketika kita terlalu sensitif terhadap perkataan orang lain tentang diri kita, kita cenderung lebih banyak mendengarkan mereka dibanding diri kita sendiri. Bukankah muaranya adalah kebahagiaan yang bergantung pada orang lain?

Restia menyatakan bahwa setiap karakter ada plus dan minusnya, tinggal bagaimana menyikapinya. Dalam hal ini sensitif yang disoroti lebih mengarah pada hal negatif. Kunci panting agar tidak terlalu sensitif yaitu dengan mengendalikan diri sendiri.

Baca Juga:  Misteri Dunia Ghaib, Fakta atau Mitos?

Seperti ketika seseorang terlalu bergantung pada pendapat orang lain, dia perlu menyadari bahwa pandangan orang terhadap diri kita bukanlah hal yang dapat kita kontrol. Yang bisa kita kontrol adalah bagaimana menyikapi pendapat orang lain itu.

Tapi bukan berarti kita tidak peduli, sering kali hidup lebih damai ketika kita memilih untuk biasa saja. Biasa saja terhadap segala hal dan fokus terhadap diri kita.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengurangi sensitivitas tersebut? Restia memberikan empat trik untuk mengurangi sensitivitas di antaranya sebagai berikut.

1. Pahami Motif Mereka

Semua hal dikerjakan karena ada alasan-alasan. Ketika seseorang mengatakan hal yang menurut kita menyinggung, coba untuk tidak langsung bereaksi. Pikirkan apa motif yang mendasari mereka melakukan hal tersebut. Barangkali niat mereka bukanlah untuk menyakiti kita, tetapi hanya untuk menujukan eksistensi mereka sendiri

Baca Juga:  Beriman Berbudi Berprestasi: Inilah Habit yang Harus di Tanamkan Mahasiswa agar Sukses dalam Dunia Perkuliahan

2. Belajar Memaafkan dan Mudah Melupakan

Restia menggunakan kata “belajar” dan “mudah” artinya, memaafkan dan melupakan adalah hal yang bisa dilatih, karena memang pada dasarnya bergantung pada sifat setiap orangnya. Namun jika dengan kemauan yang sungguh-sungguh maka kita akan melupakan masalah-masalah yang mengganggu dan berdamai hal tersebut. Setelah memahami motif mereka, cobalah untuk memaafkan hal tersebut dan belajar untuk melupakannya.

3. Tetapi Berbaik Sangka

Tidak jarang kita bisa saja salah menangkap maksud dari seseorang. Daripada terus memendam emosi negatif karena perilakunya yang menurut kita salah, lebih baik mengomunikasikannya kepada yang bersangkutan.

Setiap orang memiliki cara sendiri dalam mengekspresikan responsnya terhadap sesuatu. Berlatih untuk menjadi seseorang yang “biasa saja” dalam merespons sesuatu rasa-rasanya lebih baik, daripada harus menggantungkan kebahagiaan kita terhadap pandangan orang lain.

[Khariztma N.]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post