KABARBUANA.COM – Self awareness atau kesadaran diri bukan hanya soal tahu siapa diri kita, tapi juga menyadari pola pikir, emosi, dan kebiasaan yang kita ulang tanpa sadar. Kristen Schwartz, seorang terapis dan pendiri Realized Empath, menjelaskan bahwa rendahnya self awareness dapat membuat seseorang terjebak dalam pola hidup yang stagnan, bahkan menyakiti diri sendiri secara perlahan. Berikut tiga tanda utamanya yang perlu kita kenali.
- Terjebak dalam pengulangan emosi dan kebiasaan negatif.
Orang yang memiliki self awareness rendah sering kali tidak mampu mengenali emosi yang sedang mereka rasakan secara spesifik. Mereka mungkin tahu sedang merasa “tidak enak”, tapi tidak tahu apakah itu marah, cemas, takut, atau sedih. Ketidakmampuan ini membuat mereka tidak bisa memahami kebutuhan emosionalnya sendiri. Lebih jauh lagi, mereka tidak menyadari bahwa ada pola perilaku negatif yang sedang mereka ulang misalnya, selalu menarik diri saat ada konflik, atau terus-menerus menyalahkan orang lain ketika merasa kecewa. Karena tak menyadari pola tersebut, mereka pun akhirnya terjebak di dalamnya dan merasa seperti berputar-putar di lingkaran masalah yang sama.
- Mengalihkan diri dari masalah inti
Salah satunya melalui prokrastinasi atau menunda-nunda tugas. Seseorang mungkin mengira bahwa dirinya hanya malas, padahal yang terjadi sebenarnya adalah penghindaran dari perasaan tidak nyaman entah itu takut gagal, takut dihakimi, atau merasa tidak cukup baik. Prokrastinasi ini sering digunakan sebagai pelarian dari keharusan menghadapi masalah emosional yang lebih dalam. Alih-alih duduk sejenak untuk mengenali apa yang menghambatnya, seseorang dengan self awareness rendah akan memilih menghindar, menunda, atau sibuk dengan distraksi agar tak perlu berurusan dengan kegelisahan batin.
- Bersikap defensif
Kecenderungan menolak kritik atau masukan dari orang lain. Ketika seseorang sulit menerima saran dan justru merasa diserang, itu bisa jadi karena ia belum punya ruang aman dalam dirinya untuk memproses umpan balik secara dewasa. Alih-alih merenungkan dan mengambil pelajaran dari kritik, ia mungkin langsung membela diri atau menyalahkan orang lain. Hal ini terjadi karena dirinya belum mengenal luka dan ketakutan yang selama ini ia simpan. Dengan kata lain, respons defensif itu muncul bukan karena kritiknya salah, tetapi karena ia belum siap untuk berhadapan dengan bayangan dirinya sendiri.
Mengenal diri memang tak selalu menyenangkan. Namun justru di situlah awal dari perubahan. Kesadaran diri bukanlah hadiah, tapi hasil dari keberanian melihat ke dalam diri dengan jujur. Dengan mengenali tiga tanda di atas, kita bisa mulai membangun ruang refleksi dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih utuh dan bermakna. [Khariztma Nuril Q]