almuhtada.org – Zaman yang dipenuhi dengan teknologi baru dan perkembangan yang pesat. Mempengaruhi setiap pola pikir setiap individu. Muncul berbagai gaya hidup baru, semua orang berbondong-bondong mengabaikan kesehatan dan kebaikan bagi dirinya maupun orang lain hanya untuk mengikuti tren yang ada di media sosial. Salah satu media sosial yang paling mendominasi dan memanipulasi mindset manusia zaman sekarang adalah tiktok.
Apa itu tiktok?
Tiktok adalah media sosial yang berisi sebuah video pendek berdurasi 30 detik sampai 5 menit. Dengan menyajikan bentuk video vertikal dan bergulir kebawah untuk berganti video satu ke video lainnya. Setiap video ada yang disajikan berisi konten hiburan yang diminati oleh banyak kalangan individu. Tiktok ini seperri hal nya Instagram namun hanya menampilkan bagian reels nya saja. Sehingga konten yang disajikan adalah random dengan alogaritma dari perusahaan itu sendiri.
Dari berbagai konten yang ditonton oleh pemuda sampai dewasa, kadang berbeda beda namun kebanyakan yang mereka tonton adalah hiburan seperti tarian wanita cantik, penampilan wanita seksi, video game berdurasi pendek, reviewer barang, pendakwah yang tidak tau asal usul nya, penjual, dan masih banyak lagi. Banyak kegunaan aplikasi seperti hiburan atau sebagai ajang untuk mengikuti tren atau sebagai ladang bisnis.
BACA JUGA
Video pendek dengan bentuk penyajian vertikal ini membuat rasa penasaran kita melonjak, dan ingin tahu video apa yang muncul selanjutnya. Hanya dengan durasi maksimal 5 menit, membuat rasa puas untuk berhenti menjadi hilang. Dan akhirnya mereka terjebak dalam rasa penasaran yang tiada akhirnya yang membuat pikiran mereka menjadi kecil. Karena hanya mengandalkan video pendek mereka tidak terbiasa menonton video yang berdurasi 10 atau lebih, seperti konten video yang berada di YouTube. Banyak video hoax yang muncul ditambah pengguna yang hanya mengandalkan 1 media sosial hanya mencari cari kevalidasian hanya pada media sosial yang mereka gunakan itu. Sehingga dapat termakan dan kadang menimbulkan konflik dan perpecahan disetiap individu. Banyak juga yang minim pengetahuan dan banyak juga yang melanggar peraturan hanya demi viral dan terkenal oleh dunia maya. Kesan kritik nya pun hanya sebatas mengolok-olok bukan memberi ilmu tambahan atau mengevaluasi hak yang salah.
BACA JUGA
Setelah kita mengerti akan berbahayanya media sosial yang marak di gunakan oleh kalangan individu baik dari anak kecil sampai orang tua membuat generasi baru, pemuda yang seharunya mengemban amanah untuk membawa nama baik negara dan agama Islam bagi mereka yang muslim maupun sebaliknya serta mensejahterakan setiap kehidupan bangsa sehingga tidak timbul kemerosotan ekonomi maupun politik dan munculnya lingkaran setan. Segala hal yang sebenarnya jika kita cari dengan teliti itu baik atau tidak, tapi mereka yang menggunakan media itu tidak peduli dan langsung percaya. Ilmu yang didapat tidak sebanding dengan kita mencari sampai keakarnya. Seperti halnya ada yang menganggap bahwa Jenggot wajib dipelihara, ini yang sering orang salah fokus. Jenggot itu sunnah, bukan wajib. Antara mau mencukur atau tidak tidak akan mengerangi keimanan yang penting akhlaknya dijaga.
Adapun yang menganggap Bid’ah selalu sesat. Bid’ah itu inovasi. Ada yang baik, ada yang buruk. Memakai HP buat dakwah? Itu bid’ah hasanah. Yang dilarang itu bid’ah dalam ibadah mahdhah
Jihad adalah perang, Jihad itu luas maknanya. Belajar? Jihad. Berbakti pada ortu? Jihad. Memberantas korupsi? Juga jihad. Perang hanya salah satu bentuk, itupun dengan syarat ketat.
Seni itu haram, Islam justru mendorong keindahan. Liat aja arsitektur masjid yang megah. Atau kaligrafi yang memukau. Seni itu halal, asal tidak melanggar syariat.
Dan masih banyak lagi kesalah pahaman akan dunia keislaman. Mencari ilmu memang sebuah tanggung jawab setiap muslim, dan itu adalah ibadah. Dari mereka yang seharusnya tau akan hukum atau syariat islam, menjadi tidak tau menahu akan hal itu disebabkan oleh media sosial yang mereka gunakan. Adab yang dijunjung tinggi daripada ilmu pun mulai berkurang dikalangan masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa. Padahal zaman dahulu sebelum muncul media sosial ini setiap orang masih memiliki adab dan akhlak yang baik. Tapi itu semua masih bergantung pada setiap individu. Mereka yang sudah terlanjur masuk dalam hal itu dan ingin berhijrah kejalan yang benar dan bisa meningkatkan imannya, malah tersesat. Sebenarnya berhijrah itu mudah tapi pelaksanaan nya sulit jika tidak diimbangi rasa bersalah dan rasa ingin bertaubat, maka hijrah itu tidak akan terlaksana dan hanya akan membuat orang itu tersesat dan mengulang kembali kesalahan dan kemaksiatan yang sama. Jika kita mau bertaubat kepada Allah dan ingin kembali kepada-Nya serta mau memperbaiki hal yang melenceng dari syari’at Islam dengan konsistensi dan Istiqomah, berikhtiar sungguh sungguh, kemudian menyerahkan hasil pada Allah SWT., atau bertawakal kepada Allah, insyaallah derajat iman kita bisa mengimbangi orang shaleh dan shalehah. Semoga kita tidak terjerumus pada kemaksiatan dan kebodohan yang hampir mirip pada zaman jahiliyah atau zaman kekosongan. [] NGAFIF FATAH DAMAWAN