Almuhtada.org – Dalam pelajaran kimia, kita mengenal satu aturan penting bernama hukum oktet. Hukum ini menyatakan bahwa setiap atom cenderung berusaha mencapai delapan elektron di kulit terluarnya agar stabil, seperti manusia yang merasa aman ketika semua kebutuhan pokoknya terpenuhi. Demi mencapai kestabilan ini, atom-atom memiliki berbagai cara: ada yang memilih berbagi, ada pula yang lebih suka merebut.
Fenomena ini berlaku untuk hampir semua unsur, termasuk dua unsur penting dalam kehidupan, yakni nitrogen (N) dan oksigen (O). Jika kita memperhatikan kedua unsur penting dalam kehidupan tersebut kita akan menemukan sifat yang menarik untuk kita renungkan.
Nitrogen (N) adalah unsur yang memiliki lima elektron di kulit terluarnya. Dengan demikian, ia membutuhkan tiga elektron lagi untuk mencapai angka ideal delapan. Di sisi lain, oksigen punya enam elektron di kulit terluarnya. Ia hanya butuh dua tambahan untuk mencapai angka delapan.
Namun, perbedaan terbesar antara keduanya bukan hanya soal jumlah elektron, melainkan bagaimana mereka menyikapi kekurangannya. Nitrogen, meski terlihat “miskin” karena lebih sedikit jumlah elektron valesinya ;elektron pada kulit terluar; dibanding oksigen dan membutuhkan lebih banyak elektron untuk mencapai kestabilan oktet, tetapi ia memilih jalan mulia yaitu berbagi. Ia membentuk ikatan kovalen dengan unsur lain, saling menyumbangkan elektron agar bersama-sama mencapai kestabilan. Bahkan, nitrogen masih memiliki pasangan elektron bebas (PEB) yaitu elektron yang ia miliki dan sewaktu-waktu dapat digunakan untuk membantu unsur lain dalam membentuk ikatan tambahan.
Berbeda dengan nitrogen, oksigen, yang hanya butuh sedikit tambahan untuk mencapai kestabilan, justru cenderung menarik elektron dari unsur lain untuk mencapai keadaan oktet. Ia tidak berbagi, melainkan lebih banyak menarik elektron ke dirinya sendiri. Dalam istilah kimia, oksigen adalah contoh sempurna dari oksidator, yakni zat yang mengambil elektron dari unsur lain demi mencapai stabilitasnya sendiri.
Sifat-sifat ini mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran kehidupan yang dalam. Nitrogen mungkin tampak “miskin” jika hanya dilihat dari jumlah elektronnya, namun ia menjadi “kaya” karena kemampuannya berbagi. Sebaliknya, oksigen tampak “kaya”, tetapi hakikatnya ia “miskin”, sebab ia lebih banyak mengambil daripada memberi. Ukuran kekayaan sejati bukanlah diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang kita berikan.
Allah SWT dalam Al-Qur’an mengajarkan prinsip ini dengan sangat indah. Dalam surat Ali ‘Imran ayat 92, Allah berfirman:
“لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ”
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa kebaikan sejati tidak diukur dari apa yang kita simpan untuk diri sendiri, melainkan dari apa yang kita keluarkan dari apa yang paling kita cintai. Berbagi adalah jalan menuju keberkahan dan kebaikan.
Demikian pula, Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى”
Artinya: “Tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta).”
Dalam pandangan Islam, memberi itu bukan hanya tanda kebaikan, tetapi juga tanda kemuliaan. Tangan yang memberi lebih mulia daripada tangan yang sekadar meminta. Ini sejalan dengan sikap nitrogen dalam dunia kimia, memberikan walau dirinya sendiri punya keterbatasan.
Maka dalam kehidupan kita, marilah kita memilih untuk menjadi seperti nitrogen. Jangan hanya sibuk mengumpulkan seperti oksigen, yang akhirnya lebih banyak mengambil daripada berbagi. Dari nitrogen kita belajar bahwa sedikit memberi lebih mulia daripada banyak namun hanya disimpan. Meski kita mungkin merasa memiliki banyak kekurangan, tidak perlu menunggu sampai sempurna untuk mulai berbagi. Justru, dalam keterbatasan itulah nilai berbagi menjadi lebih bermakna. [] Rezza Salsabella Putri