KABARBUANA.COM – Era digital seperti sekarang tidak jarang kita melihat anak-anak yang sulit lepas dari ponsel mereka. Salah satu aktivitas yang paling sering mereka lakukan adalah bermain game. Fenomena ini tentu saja mengundang kekhawatiran yaitu mengapa anak-anak begitu mudah kecanduan game di ponsel?
Untuk memahami akar permasalahan ini kita perlu menengok kembali penelitian klasik dari seorang psikolog terkenal, B.F. Skinner. Dalam eksperimennya, Skinner menempatkan burung merpati dalam kotak khusus dan mengatur agar setiap kali merpati menekan tombol ia mendapat makanan.
Namun Skinner tidak berhenti di situ. Ia mengubah aturan pemberian makanan dimana terkadang makanan muncul setelah tombol ditekan, terkadang tidak, bahkan dalam beberapa eksperimen makanan diberikan secara acak tanpa pola yang pasti.
Hasilnya mengejutkan. Merpati menjadi sangat terpaku pada tombol tersebut dan terus-menerus menekannya tanpa kenal lelah serta berharap makanan akan muncul kapan saja. Pola ini kemudian dikenal dengan istilah variable ratio reinforcement, yakni penguatan perilaku melalui pemberian hadiah dalam pola yang tidak terduga. Secara psikologis sistem ini sangat kuat dalam membentuk perilaku adiktif.
Sekarang mari kita bayangkan eksperimen tersebut dalam konteks masa kini. Ganti burung merpati dengan anak-anak, tombol dengan layar sentuh, dan hadiah makanan dengan loot box, skin langka, atau bonus kejutan dalam permainan. Inilah yang terjadi dalam banyak game ponsel saat ini.
Para pengembang game tidak hanya fokus membuat permainan yang seru tetapi mereka secara sadar menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku untuk membuat pemain terus kembali bermain.
Anak-anak dengan perkembangan otak yang masih dalam tahap tumbuh dan sistem pengendalian impuls yang belum matang menjadi target yang sangat rentan. Setiap hadiah acak atau bonus dalam game menciptakan ledakan kecil rasa senang di otak mereka.
Karena hadiahnya tidak selalu datang mereka terdorong untuk terus bermain dengan harapan mendapatkan “keberuntungan” di percobaan berikutnya. Ini menciptakan siklus perilaku yang menyerupai kecanduan.
Tentu saja bukan berarti semua game adalah jahat atau semua anak yang bermain game akan kecanduan. Namun penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami mekanisme ini. Kecanduan game tidak terjadi semata-mata karena kurangnya disiplin anak tetapi juga karena desain permainan yang secara sistematis dirancang untuk mempertahankan perhatian mereka selama mungkin.
Pada akhirnya, memahami bagaimana prinsip-prinsip psikologi digunakan dalam desain game memberikan kita wawasan penting bahwa dalam dunia digital yang penuh warna ini dibutuhkan kesadaran ekstra untuk menjaga keseimbangan antara hiburan dan kesehatan mental anak-anak. [] SHOLIHUL ABIDIN