Memaknai “Belum Selesai Sampai Selesai” melalui Perspektif Islam

Ilustrasi jam yang meleleh (pinterest.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – It ain’t over till it’s over mengajakmu untuk terus berusaha sampai titik darah penghabisan. Seberapapun buruk akhir yang kaubayangkan mungkin akan terjadi, ketika belum selesai maka belum selesai. Kamu masih harus memperjuangkannya, dan ia masih berhak diperjuangkan. Apapun ia yang dimaksud, sudah seharusnya yang-dimulai harus diselesaikan.

Tidak ada yang tahu kapan perubahan akan terjadi, barangkali keadaan telah berganti secepat kedipan mata sehingga tidak kita sadari, atau boleh jadi itu adalah suatu bentuk besar yang tersusun dari keputusan-keputusan kecil sehingga kamu cenderung sulit percaya bahwa ketika situasi memburuk ia mampu membaik baik sedikit. Yang kaupercaya: perubahan ke arah yang baik adalah suatu yang lamban sebagaimana dunia dan seisinya berjalan ke arahnya demikian.

Namun, tahukah kamu? Bahwa perubahan ke hal baik dirasa sebagai hal yang-seharusnya sehingga orang seringnya tidak memberikan banyak perhatian terhadapnya, sedang ketika situasi menjadi buruk ia pasti memberikan dampak dan meninggalkan jejak sehingga kau mendapati kesan bahwa ia adalah suatu yang signifikan: karena kau menyadari keberadaannya.

Dengan memaknai kalimat “it ain’t over till it’s over” sebagai orang yang Islam, memaksamu untuk sadar akhir sebenarnya dari manusia. Ia mengajarkan kita untuk fokus ke destinasi terakhir yang telah dijanjikan. Bahwa kesengsaraan adalah satu yang pasti bagi yang-hidup, dan justru kenyataan bahwa kau masih merasalah yang menjadikanmu bersifat hidup, sehingga menyerah dalam artian tidak menuju ke arah yang baik bukanlah suatu pilihan sampai kau tiba di titik tidak perlu lagi memilih, di mana semua maumu tercapai.

Baca Juga:  Keikhlasanpun membutuhkan kesabaran

Dan dengan itu tidak hanya menjadikanmu terus berbuat baik, ia lebih lanjut menghadapkanmu ke kesadaran penuh terhadap kebaikan. Dan dengan begitu kebaikan pun hidup di hidupmu. Dengan begitu kamu memilih untuk tidak pernah berhenti, tetapi berhenti di sini bukan arti sesungguhnya sebagaimana praktiknya dalam masyarakat: maksudnya jika berhenti adalah langkah baik untuk menjalaninya maka sudahlah pasti itu yang harus dilakukan. [Muhammad Irbad Syariyah]

Editor: Syukron Ma’mun

 

Related Posts

Latest Post