Bedah Surat yang Menjelaskan Dahsyatnya Sakaratul Maut

Ilustrasi mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir setelah merasakan sakaratul maut (pinterest.com - almuhtada.org)

almuhtada,org – Kematian adalah satu-satunya kepastian yang tidak bisa kita hindari. Tak peduli seberapa kuat, kaya, atau tinggi jabatan seseorang, semuanya akan sampai pada titik yang disebut sakratul maut detik-detik terakhir saat ruh perlahan keluar dari tubuh.

Saat itu, tak ada lagi yang bisa menolong, bahkan dokter terbaik sekalipun. Yang tersisa hanyalah amal, iman, dan pertanggungjawaban.

Dalam Al-Qur’an, Allah tidak hanya menyebut kematian sebagai suatu kepastian, tetapi juga menggambarkan betapa dahsyat dan menegangkannya saat-saat sakaratul maut.

Salah satu surat yang secara gamblang memaparkan kondisi ini adalah Surat Al-Qiyamah, terutama pada ayat 26 sampai 30. Surat ini seakan menjadi alarm bagi setiap hati yang masih hidup, bahwa waktu kita di dunia tidaklah lama.

Baca Juga:  Sepele tapi Disukai Allah!! Berikut Amalan yang Tidak Kelihatan tetapi Dicatat Malaikat

Surat Al-Qiyamah merupakan surat ke-75 dalam Al-Qur’an. Surat ini tergolong Makkiyah, yang berarti diturunkan di Mekkah, dan terdiri dari 40 ayat. Sesuai namanya, “Al-Qiyamah” berarti Hari Kiamat. Surat ini banyak berbicara tentang kehidupan setelah mati, hari kebangkitan, dan pengadilan akhirat.

Namun, yang paling menyentuh adalah ketika Allah menggambarkan kondisi seseorang yang sedang menghadapi kematian dalam ayat 26-30:

“Kalla idzaa balaghatit taraaqii (26)

Wa qeela man raaq (27)

Wa zhanna annahul firaaq (28)

Waltaffatis saaqu bis saaq (29)

Ilaa rabbika yawma’izil masaaq (30)”

“Sekali-kali tidak! Apabila nyawa telah sampai di kerongkongan, dan dikatakan: ‘Siapa yang dapat menyembuhkan?’ Dan ia yakin bahwa itulah waktu perpisahan, dan betis pun bertaut dengan betis, kepada Tuhanmulah pada hari itu ia dihalau.” (QS. Al-Qiyamah: 26–30)

Baca Juga:  Tanda Waqaf di dalam Perjalanan Hidup Manusia

Coba kita bayangkan

“Apabila nyawa telah sampai di kerongkongan”: ini menggambarkan puncak sakaratul maut, saat ruh sudah berada di ujung, siap meninggalkan jasad.

“Dan dikatakan: ‘Siapa yang bisa menyembuhkan?’”: keluarga, kerabat, bahkan orang yang paling ahli hanya bisa berharap. Tapi tak ada yang bisa menolak takdir Allah.

“Dan ia yakin bahwa itu waktu perpisahan”: orang yang sekarat itu sadar sepenuhnya, ini saatnya berpisah dari dunia, harta, dan orang-orang tercinta.

“Betis bertaut dengan betis”: ini menggambarkan tubuh yang melemah, tegang, kaku, dan tak berdaya. Satu per satu fungsi tubuh mulai mati.

“Kepada Tuhanmu-lah pada hari itu ia dihalau”: akhirnya, ruh pun dibawa kepada Allah. Tak ada lagi tempat kembali selain kepada-Nya.

Baca Juga:  Memahami Makanan Halalan Toyyiban dalam Kehidupan Sehari-hari

Ayat ini bukan sekadar gambaran, tapi juga peringatan bahwa kematian itu nyata, mendebarkan, dan tak bisa dihindari.

Surat ini bukan hanya untuk menakut-nakuti, tapi juga untuk membuka mata dan hati. Kematian bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang menuju akhirat. Sakaratul maut itu pasti datang, entah kapan, dan dalam kondisi seperti apa. Yang kita bawa hanyalah amal. Bukan ijazah, rekening bank, atau status sosial. Hidup ini singkat, jadi penting banget untuk terus memperbaiki diri dan menyiapkan bekal.

Surat Al-Qiyamah, khususnya ayat 26–30, adalah salah satu pengingat paling kuat dari Allah bahwa hidup di dunia hanyalah persinggahan. Sakaratul maut menjadi momen sakral yang memisahkan antara dunia dan akhirat. Melalui ayat-ayat ini, Allah ingin kita tidak lalai, tidak terlalu mencintai dunia, dan selalu ingat bahwa waktu kita terbatas.

Semoga dengan memahami makna dahsyatnya sakaratul maut, hati kita menjadi lebih lembut, jiwa lebih waspada, dan hidup lebih bermakna. Saat sakaratul maut datang, semoga kita semua termasuk golongan yang mendapatkan husnul khatimah, bukan sebaliknya. [ADINDA AULIA]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post