Dualitas Sifat Sensitif

Ilustrasi hati besinarSumber: pinterest.com

almihtada.org – Karakter hati adalah perasa. Ia bereaksi pada apapun yang ada di luarnya dan tindakan yang akan dikeluarkan pemiliknya sebagai maksud asli.

Hati dalam Islam merujuk pada pusat jiwa keberadaan niat, tempat bersemayamnya iman, dan sumber segala tindakan manusia. Kemudian secara bahasa sendiri dalam bahasa arab hati merupakan ‘qalbu’ yang artinya terbolak-balik, maksudnya ia tidak tetap: berubah-ubah.

Ketidaktetapan inilah mungkin yang paling merepresentasikan sifat sensitifnya, di mana ia berubah sebagai reaksi atas yang ditimpakan kepadanya. Pun pada dasarnya hati yang merasa memiliki kencederungan untuk sensitif karena esensi dari sensitifitas adalah perasaan, dan maka dari itu dasarnya merupakan perasa.

Baca Juga:  Munculnya RUU TNI dan Kekhawatiran Kembalinya Dwifungsi Militer

Konstruksi sosial menaknai orang yang sensitif tidak bisa dibercandai. Itulah yang menjadikan ketertutupan: orang sensitif merasa tidak aman sebagaimana ia mudah terluka, pun sangat memungkinkan mereka merasa tidak diterima sebagaimana ia dianggap terlalu serius dan tidak bisa menyesuaikan diri. Tapi, apakah menjadi sensitif benar seburuk itu?

Pegiat seni tentu akan menentang sepenuhnya sebagaimana mereka perlu kecerdasan emosional dalam berkarya. Dari situ perlu digarisbawahi kata ‘kecerdasan’ yang mungkin mudahnya bermakna mampu mengelola input untuk dijadikan harmless output. Sehingga kembali lagi semuanya akan baik saja selama terkontrol dan tidak berlebihan. Sehingga darinya orang perlu pedoman yang membatasi sebagai petunjuk jalan yang benar, dan dalam itu di sini konteksnya adalah Al-Quran.

Dalam perspektif islam sendiri, hati yang hidup adalah hati yang masih bisa merasa. Ia sensitif terhadap tindakan raganya: dimana akan menyesal dalam keburukan yang melanggar dan berbahagia selama dalam jalan yang benar.

Baca Juga:  Apa Itu Coping Stress Mekanism? Cara Efektif Atasi Stress!

Dengan adanya sensitifitas terdapat suatu penghalang untuk berbuat buruk sebagaimana ia akan merasa seburuknya manusia jika melakukannya. Dan dari situ juga menjadi penyemangat beramal sebagaimana bahagianya akan terpenhi jika terlaksanakan.

Menjadi sensitif menjadikan orang bisa memaknai sesuatu sebegitunya hingga berarti mewah tetapi juga menjadikannya rentan sehingga sering membawa lelah, dan keduanya itu bisa menjadi pendorong orang untuk melakukan kebaikan maupun hal buruk. Dari sini tentu dapat simpulkan menjadi sensitif ada baiknya selama itu tidak menyakiti.[] Irbad syariah

 

Related Posts

Latest Post