Bagaimana Kepemimpinan Menurut Perspektif Islam? Melihat Teladan Rasulullah dalam Memimpin Umatnya

Sumber: Freepik.com

almuhtada.org – Kepemimpinan berbicara tentang kemampuan, ilmi, atau seni menganai bagaimana cara memengaruhi orang lain (dalam artian baik) untuk mencapai tujuan. Proses memengaruhi ini dilakukan dengan kata-kata atau retorika dan juga dengan teladan atau tindakan yang ditujukan untuk orang-orang yang dipimpinnya.

Rasulullah Saw., bersabda dalam riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Umar Ra:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya: Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.

Baca Juga:  Perlunya Olahraga di Bulan Ramadhan

Dalam memaknai itu, kita dapat meresapinya dengan percaya bahwa setiap dari kita adalah pemimpin dan itu bukan karena jabatan. Maka, jangan menunggu untuk ditunjuk menjadi pemimpin, tapi pantaskanlah diri kalian untuk menjadi pemimpin setiap saat.

Dalam menjadi pemimpin, kita dapat meneladani sifat-sifat Rasulullah Saw. ketika memimpin umatnya. Empat sifat baik yang dimiliki Rasulullah Saw. dalam memimpin umatnya adalah Siddiq (benar/jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathonah (cerdas). Sifat-sifat ini tidak hanya mencerminkan kepribadian beliau, tetapi juga menjadi pondasi dalam membangun kepemimpinan yang berintegritas dan berwibawa.

Baca Juga:  Maintaining Women's Privilege in the Modern Age

Pertama, Siddiq atau jujur merupakan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin untuk membentuk kepercayaan, menciptakan komunikasi yang transparan, dan utamanya menghindari fitnah dan kesalahpahaman. Sifat ini dapat kita teladani dari Rasulullah Saw. ketika beliau menerima wahyu, Rasulullah menyampaikannya dengan jujur tanpa mengurangi atau menambah isinya meskipun mendapat tentangan.

Kedua, merujuk pada QS. An-Nisa ayat 58, dijelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan menetapkan hukum di antara manusia dengan adil. Dalam menerima amanah ini, pemimpin harus menjalankannya dengan penuh tanggung jawab dan tidak menyalahgunakan kekuasaannya. Rasulullah Saw bersabda:

لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِيْنَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهْ

Artinya: Tidak beriman orang yang tidak dapat menjaga amanah dan tidak beragama orang yang tidak menepati janji. (HR. Ahmad)

Baca Juga:  Menelisik hukum bacaan Idgham Mutamatsilain dalam Al Qur’an yang jarang dipelajari dan cara membacanya

Ketiga, Tabligh dalam kepemimpinan penting untuk menjalankan komunikasi yang efektif. Sifat tabligh ini dapat kita lakukan dengan memberikan informasi dan arahan yang komprehensif, menjalin komunikasi efektif, dan menyampaikan peringatan maupun nasihat dengan baik. Sifat ini dapat kila teladani dari Rasulullah Saw. yang tidak pernah menyembunyikan wahyu yang diterimanya, bahkan ketika wahyu tersebut berisi peringatan keras bagi umatnya.

Keempat, sifat fathonah dapat kita lihat dari berbagai peristiwa atau konflik yang diselesaikan oleh kebijaksanaan dan kecerdasan pemikiran Rasulullah Saw., misalnya saat peletakan batu Hajar Aswad. Pemimpin yang baik hendaknya menyempurnakan keilmuannya untuk kemaslahatan orang yang dipimpinnya, berani mengambil resiko, dan dapat mengambil pelajaran dari pemimpin-pemimpin terdahulu. Sifat ini dapat kita lakukan dengan cara memecahkan masalah yang terjadi, memiliki visi dan misi yang baik, serta mampu membaca situasi dan kondisi orang-orang yang dipimpinnya. [Abian Hilmi]

Related Posts

Latest Post