Puasa Ramadhan: Puasa yang Bermakna, Bukan Sekadar Menahan Diri

ilustrasi orang sedang menahan rasa lapar sesuai dengan ketentuan waktu (freepik.com - almuhtada.org)

Almuhtada.org – Bulan Ramadhan ialah bulan yang suci, bulan dimana segala penjuru dipenuhi oleh keberkahan dan pengampunan dari Sang Pencipta yang begitu luas. Pada bulan ini, kita diwajibkan puasa ramadhan. Secara etimologi, pengertian puasa, shaum atau shiyam, adalah “al-Imsaku ‘an al-Syai” (الإمساك عن الشيء) yaitu mengekang atau menahan diri dari sesuatu. Menahan diri dari apa? Makan, minum, hawa napsu, dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Namun jika hanya sekadar menahan diri dari hal-hal tersebut itu hanyalah puasa saja, belum tergolong puasa yang bermakna. Lantas bagaiamana puasa yang bermakna? Berikut ialah kategori puasa yang bermakna :

  1. Puasa yang Dapat Menguatkan dan Membentuk Karakter

Puasa mengajarkan kita pengendalian diri. Bukan hanya pengendalian diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, tetapi juga dari perbuatan sia-sia dan tercela. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya : “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka Allah tidak butuh dari puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari)

Puasa yang bermakna adalah puasa yang membuat lisan kita terjaga, pikiran kita bersih, dan tindakan yang kita lakukan ialah tindakan terpuji yang tidak butuh pujian. Ini adalah proses pembentukan karakter, di mana kesabaran, keikhlasan, dan kejujuran menjadi bagian dari diri kita.

  1. Puasa yang Menanamkan Empati dan Menumbuhkan Kepedulian
Baca Juga:  Why does the Imam of the Dhuhr and 'Asr prayers Keep Silent? Here's why

Puasa mengajarkan kita untuk merenungi segala nikmat yang telah diberikan kepada kita, mengajarkan kita untuk merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang kurang beruntung diluaran sana. Saat lapar dan haus mendera, kita belajar memahami penderitaan orang lain. Penderitaan mereka yang bahkan diluar bulan Ramadhan selalu berpuasa karena terpaksa, terpaksa oleh keadaan yang tidak menghadirkan sepeser uang untuk membeli sesuap nasi. Bahkan terkadang, jangankan sesuap nasi segelas air pun mereka tidak sanggup membelinya. Ini seharusnya mendorong kita untuk lebih peduli dan gemar berbagi. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Artinya : “Siapa yang memberikan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)

Puasa yang bermakna adalah puasa yang menghadirkan dampak sosial, menciptakan harmoni, dan mempererat ukhuwah islamiyah.

  1. Puasa yang Berfungsi Sebagai Detoks Spiritual

Puasa juga merupakan detoks spiritual, ia membersihkan hati dari penyakit-penyakit rohani seperti iri hati, sombong, dan riya. Membersihkan pikiran dari hal-hal negatif dan berfokus pada hal positif guna upgrade diri. Dengan memperbanyak istighfar, tilawah Al-Qur’an, dan dzikir, kita membersihkan jiwa dari segala kotoran yang menghalangi kedekatan kita dengan Allah SWT.

Kualitas puasa kita tercermin dari sejauh mana hati kita menjadi lebih tenang, pikiran lebih positif, dan perilaku lebih santun. Inilah esensi dari puasa yang bermakna: transformasi diri menuju insan yang lebih bertakwa.

Baca Juga:  Menelaah Banyaknya Ayat Al-Qur’an yang Memerintahkan Umat Islam untuk Berpikir, Mengapa Demikian?

Puasa yang bermakna adalah puasa yang menghadirkan perubahan. Bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi menahan diri dari segala yang tidak diridhai Allah dan menghadirkan manfaat bagi diri sendiri serta orang lain. Mari kita jadikan Ramadhan ini sebagai momentum transformasi diri menuju pribadi yang lebih baik dan bertakwa. [] Rezza Salsabella Putri

Related Posts

Latest Post