almuhtada.org – Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, namun bagi sebagian orang, bulan ini justru menjadi tantangan tersendiri. Terkadang, kegiatan di bulan Ramadan dan amanah akan kehidupan dunia terasa bertabrakan.
Organisasi menyita waktu, pekerjaan menuntut tenaga. Akhirnya, Ramadan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan atau justru dianggap sama halnya seperti hari biasa. Mau fokus ibadah, tetapi amanah memanggil. Mau fokus kerja, tetapi Ramadan tetap berjalan.
Aktivis organisasi sering merasa kehilangan Ramadan, sementara pekerja menganggap bulan ini tak ada bedanya dengan hari-hari lain. Semua merasa tak bisa optimal, seakan harus memilih antara ibadah atau amanah.
Namun, jangan kehilangan harapan. Ramadan bukan hanya tentang kualitas ibadah, tetapi juga tentang kualitas hati dalam ibadah. Mungkin kamu tidak bisa membaca tilawah satu juz dalam sehari, tetapi satu halaman yang dibaca dengan penuh makna bisa lebih berarti.
Mungkin kamu tidak bisa hadir di banyak kajian, tetapi setiap ilmu yang didapatkan harus mampu mengubah diri menjadi lebih baik. Ramadan bukan tentang banyaknya ibadah yang dilakukan, melainkan seberapa dalam hati terhubung dengan-Nya dalam setiap aktivitas yang dilakukan.
Amanah itu juga ibadah. Bekerja bukan penghalang, tetapi justru ladang pahala. Menjalankan amanah bukan sekadar tugas, tetapi bagian dari ibadah itu sendiri. Ramadan mengajarkan disiplin dan kesungguhan, bukan kemalasan.
Oleh karena itu, bekerja dengan efisien dan mengelola energi dengan baik akan membantu menjaga keseimbangan antara tanggung jawab dunia dan ibadah kepada Allah.
Jika siang terasa padat dengan amanah, jadikan penghujung malam sebagai tempat bersandar kepada-Nya. Jika hari-hari terasa penuh dengan pekerjaan, jadikan detik-detik sebelum subuh sebagai ruang paling tulus untuk berdoa.
Ramadan bukan tentang seberapa banyak yang dilakukan, tetapi seberapa dekat hati seorang hamba kepada-Nya. Menjalani Ramadan dan amanah bukan lagi perkara memilih salah satu, melainkan menyatukan keduanya dalam satu tujuan: mendapatkan ridha Allah dalam setiap langkah kehidupan.
Karena itu, penting untuk mengatur waktu dengan bijak. Buatlah skala prioritas agar setiap amanah dapat diselesaikan tanpa mengabaikan ibadah. Menjaga keseimbangan antara tanggung jawab duniawi dan spiritual bukanlah hal yang mustahil, tetapi membutuhkan kesadaran dan niat yang kuat. Dengan tekad yang lurus dan usaha yang sungguh-sungguh, Ramadan akan menjadi bulan penuh berkah tanpa mengorbankan amanah yang telah dipercayakan kepada kita. [Aisyatul Latifah]
Editor: Syukron Ma’mun