Penderitaan Laki-Laki dan Perempuan: Beban yang Berbeda, Luka yang Sama

Sumber : freepik.com

Almuhtada.org-Penderitaan adalah perasaan yang terasa berat. Manusia tidak luput dari penderitaan. Wanita merasa wanita lah yang paling menderita, begitu juga pria menganggap bahwa pria lah yang paling penderita.

 

Namun setiap gender memiliki kesulitan dan penderitaannya masing-masing yang sering kali berbeda, dipengaruhi oleh budaya, norma sosial, serta ekspektasi masyarakat. Meskipun perbedaannya mencolok, pada dasarnya keduanya menghadapi tantangan yang sama dalam mencari kebahagiaan, pengakuan, dan kesejahteraan.

 

Dalam banyak budaya, laki-laki sering dibebani dengan tanggung jawab sebagai pemimpin, pencari nafkah, dan pelindung keluarga. Sejak kecil, mereka diajarkan untuk kuat, tidak boleh menangis, dan harus selalu tangguh menghadapi masalah. Ekspektasi ini sering kali membuat laki-laki:

Baca Juga:  Merasa Punya Banyak Dosa? Mari Terapkan Amalan Berikut untuk Menghapus Dosa-Dosa yang Kita Miliki!

 

 

  1. Terbebani oleh Tanggung Jawab Finansial

Laki-laki harus menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan ketika kondisi ekonomi sulit, laki-laki lah yang sering disalahkan. Jika mereka gagal dalam hal ini, mereka sering kali merasa tidak berguna atau kehilangan harga diri. Bahkan ada cuitan di media sosial yang mengatakan, laki laki harus bekerja seumur hidup, bahkan untuk merasakan cinta ia harus memiliki uang yang banyak.

 

  1. Ditekan untuk Menekan Emosi

Masyarakat masih memiliki stigma bahwa laki-laki yang menunjukkan kesedihan atau menangis dianggap lemah. Akibatnya, banyak dari mereka menekan perasaan dan memilih untuk memendam kesedihan mereka sendiri, yang berujung pada stres dan masalah kesehatan mental.

 

  1. Harapan untuk Selalu Berhasil

Seorang laki-laki selalu mendapat beban ekspektasi dalam keberhasilan terutama dalam berkarir. Kegagalan yang dialami laki-laki seringkali melukai harga diri mereka karena dipengaruhi cara masyarakat yang memandang laki-laki harus lebih berhasil dari perempuan. Akibatnya, banyak laki-laki yang merasa terisolasi ketika menghadapi kegagalan.

 

  1. Tekanan dalam Hubungan dan Keluarga

Banyak laki-laki diharapkan untuk menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab, seakan menjadi sosok yang paling kuat. Tidak jarang mereka menghadapi tekanan untuk menjadi figur ideal tanpa ruang untuk menunjukkan kelemahan.

 

Jika laki-laki menghadapi beban sebagai pemimpin dan pencari nafkah, perempuan sering kali mengalami penderitaan yang berakar pada ekspektasi sosial. Beberapa bentuk penderitaan perempuan antara lain:

 

  1. Dibatasi oleh Stereotip Gender

Banyak perempuan masih mengalami diskriminasi dalam pendidikan dan pekerjaan. Mereka sering kali dianggap kurang kompeten dalam posisi atau jabatan yang tinggi atau dipaksa untuk memilih antara karier dan keluarga.

 

  1. Tuntutan untuk Menjadi ‘Sempurna’

Perempuan dihadapkan pada standar kecantikan yang tidak realistis dan sering ditekan untuk selalu tampil menarik. Selain itu, mereka juga diharapkan untuk menjadi ibu dan istri yang baik, sekaligus sukses dalam pekerjaan.

 

  1. Rentan terhadap Kekerasan dan Pelecehan

Banyak perempuan menghadapi kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual. Meskipun kampanye kesetaraan gender terus disuarakan, masih banyak perempuan yang kesulitan mendapatkan keadilan. Hal ini dapat terjadi karena secara fisik perempuan lebih lemah.

 

  1. Beban Ganda: Karier dan Rumah Tangga

Meski banyak perempuan bekerja, mereka sering kali tetap dibebani dengan tanggung jawab rumah yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Hal ini menyebabkan mereka mengalami tekanan fisik dan mental yang lebih tinggi. Sudah bekerja, masih harus bersih-bersih rumah, mengurus anak, mengurus suami. Ketika perempuan merasa kerepotan dengan semua pekerjaan itu mereka dianggap sebagai ibu dan istri yang buruk.

 

Penderitaan laki-laki dan perempuan memiliki bentuk yang berbeda, tetapi pada akhirnya keduanya sama-sama menghadapi situasi yang berat. Tidak ada yang lebih menderita dari yang lain, karena masing-masing memiliki luka dan beban tersendiri. Baik laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan dukungan, penghargaan, dan kebebasan untuk mengekspresikan diri tanpa tekanan sosial yang berlebihan. Memahami penderitaan satu sama lain adalah langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan harmonis. []Qoula Athoriq Qodi.

Editor : Ahkmad Maulana Marzuki

Baca Juga:  Melatih Kesabaran untuk Menuju Kemuliaan dan Pertolongan Allah

Related Posts

Latest Post