Dardir: Tradisi Tahunan dalam Memperingati Isra’ Mi’raj

Dardir bukan sekadar lomba pidato, tapi juga syiar Islam dan ajang melatih percaya diri! (Dokumen Pribadi)

Almuhtada.org – Isra’ Mi’raj sebagai salah satu peristiwa besar dan penting bagi umat Islam. Melalui peristiwa Isra’ Mi’raj lah umat nabi Muhammad Saw. mendapat perintah untuk melaksanakan ibadah salat.

Banyak kegiatan-kegiatan Islam yang dilakukan untuk memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj. Salah satu kegiatan rutin yang diadakan untuk memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj adalah acara dardir, yang diadakan di salah satu sekolah menengah pertama di kota Cilegon, tepatnya di MTS Al- Jauharotunnaqiyah kecamatan Cibeber.

Acara ini dilaksanakan sebagai bentuk perayaan dalam memperingati terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj. Biasanya acara ini dilaksanakan selama 3 hari dalam bulan Rajab.

Baca Juga:  Mengapa Allah Melarang Judi? Pandangan Islam tentang Bahaya Perjudian

Bentuk acaranya berupa penyampaian pidato mengenai peristiwa terjadinya Isra’ Mi’raj yang akan disampaikan secara bergantian oleh siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.

Dari ratusan siswa kelas VIII Tsanawiyah yang maju, nantinya akan dipilih empat terbaik putra dan putri sebagai juara. Hal tersebut tentunya sebagai apresiasi pencapaian yang telah dilakukan.

Adanya acara dardir ini termasuk bentuk pengujian pemahaman siswa dari salah satu mata pelajaran yang telah dipelajari pada kelas VIII Tsanawiyah. Mata pelajaran yang dimaksud ada pada kitab Qishsatul Mi’raj atau sering disebut dengan kitab Dardir karya Syekh Najmuddin al-Ghaithi.

Peristiwa Isra’ Mi’raj diceritakan secara detail dan rinci dalam kitab ini. Kitab ini juga sudah banyak dipelajari para santri di kalangan Pesantren.

Baca Juga:  Jangan Lelah Menolong Orang Lain, Karena di Saat Itulah Pertolongan Allah Datang

Sebelum melaksanakan acara dardir, pengurus madrasah mengadakan beberapa kali rapat dengan wali murid dan juga siswa kelas VIII Tsanawiyah. Dalam rapat tersebut akan membahas mengenai hari dan tanggal pelaksanaan acara.

Selain menentukan tanggal pelaksanannya, juga dress code yang akan dikenakan, mulai dari sepatu atau sandal, bawahan, atasan, kerudung, dan peci agar semuanya terlihat seragam.

Untuk perempuan mengenakan gamis, sedangkan laki-laki mengenakan sarung dan kemeja. Desain dress code yang akan dikenakan juga dirancang oleh perwakilan dari siswa kelas VIII Tsanawiyah.

Selain diadakan rapat pengurus dengan wali murid dan juga siswa, diadakan rapat antar siswa kelas VIII Tsanawiyah yang diwakili oleh dua sampai empat anak dari setiap kelasnya. Dalam rapat tersebut, akan menentukan konsep dress code yang akan dikenakan.

Baca Juga:  Sifat-sifat Hamba Allah SWT yang Mendapatkan Kemuliaan

Banyak hal yang perlu disiapkan, mulai dari kursi dan meja untuk para ustaz/ustazah, tamu undangan, dekorasi panggung, jamuan untuk juri, ember untuk menampung uang saweran, sapu untuk memudahkan dalam pengumpulan uang saweran yang berupa koin dan masih banyak lagi.

Pada saat siswa maju untuk menyampaikan pidatonya, keluarga dan teman-temannya diperbolehkan untuk menyawer, sebagai bentuk apresiasi keberaniannya dalam menyampaiakan sepenggal kisah perjalanan nabi Muhammmad saw. dalam persitiwa Isra’ Mi’raj.

Dalam acara dardir ini tidak hanya menampilkan pidato, ada paduan suara, hadroh, dan juga drama. Untuk mematangkan pelaksanaan acara dardir, diadakan gladi resik terlebih dahulu, tentunya dengan didampingi oleh ustaz/ ustazah.

Manfaat utama yang dapat dirasakan melalui acara dardir ini tentunya sebagai syiar agama Islam dalam mengenalkan dan menceritakan terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj.

Baca Juga:  7 Peristiwa Penting Bulan Rajab dalam Sejarah Islam

Selain itu, melatih percaya diri siswa dalam hal berbicara di depan umum, juga menjalin hubungan antara wali murid dan para ustaz/ ustazah yang mengejar di madrasah.

Melalui acara dardir, dapat menambah pengetahuan kita mengenai peristiwa Isra’ Mi’raj, meningkatkan kebersamaan antar siswa, dan masih banyak manfaat lainnya. []Nayla Syarifa

Related Posts

Latest Post