Krisis Pemuda: Mencari Jati Diri Melalui Jejak Para Ilmuwan Islam

Ilustrasi para pemuda yang sedang ugal-ugalan di jalan (pinterest.com – almuhtada.org)

almuhtada.org – Seorang pepatah Arab masyhur yang dinisbahkan kepada Syaikh Musthofa Al Ghulayain berkata “شبان الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ” yang artinya Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa   yang akan datang. Karena itu, islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada para pemuda sejak usia dini.

Pemuda adalah masa dimana mereka memiliki kepekaan yang tinggi, berpikir kritis, dan mampu mengoptimalkan setiap potensinya. Pemuda sebagai tonggak estafet bangsa, pewaris peradaban dunia, dan hancur makmurnya sebuah bangsa dimasa yang akan datang tergantung pada kondisi pemuda saat ini.

Namun, melihat kondisi pemuda saat ini harapan itu seoalah terkikis. Pemuda seolah kehilangan identitasnya, kehilangan jati dirinya sebagai muslim yang memiliki karakter islam. Pemuda menjadi sosok yang keras mental, kering jiwanya, jumud dalam mencari solusi, bahkan seringkali jalan pintas yang dicari.

Atas nama kebebasan berekspresi, pemuda ugal-ugalan di jalanan dengan alasan mencari jati diri, pacaran, free sex, hingga narkoba menjadi kegiatan sehari-hari. Hasil yang ditimbulkan oleh kebebasan tanpa batas ini jelas jauh berbeda dan tidak sebanding dengan cita-cita mencetak generasi unggul.

Oleh karena itu, kita perlu melihat sejarah di masa kegemilangan Islam yang menerapkan aturan bersumber dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang telah melahirkan pemuda unggul yang bersyaksiyah Islam. Menjadi ulama sekaligus ilmuwan. Seperti: Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, Al-Zahrawi, dan Jabr ibn Hayyan.

Baca Juga:  Fokus pada Hal Positif: Kisah Inspiratif Seorang Pemuda yang Bercerita kepada Syekh

Mereka memiliki tujuan hidup yang jelas, yaitu untuk beribadah. Ketaatan yang totalitas adalah bentuk pengembalian fitrah yang sesungguhnya. Menemukan jati diri dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT, menerapkan hukum-hukumnya, dan menjauhi larangan-larangannya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

“Rabbmu akan kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah.” (H.R. Imam Ahmad)

Shobwah yang dimaksud dalam hadis ini adalah kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran, yaitu pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya.

Ketika Allah SWT mencintai pemuda yang tidak memiliki shobwah, maka Rasulullah SAW juga demikian. Nabi Muhammad SAW tidak menyukai pemuda yang hidupnya hanya untuk hura-hura, hedonis, acuh dengan ibadahnya, dan enggan menyadari kesalahan serta dosanya.

Hadis riwayat Imam Ahmad diatas, semoga bisa menjadi peringatan bagi kita semua  khususnya para pemuda agar tidak menyia-nyiakan masa mudanya dengan hal-hal yang dapat mendatangkan murka Allah SWT.

Kemudian, Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu: “Tidak akan beranjak kaki anak adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, sampai ia ditanya tentang 5 perkara: tentang umurnya dimana ia habiskan, tentang masa mudanya kemana ia usangkan, tentang hartanya darimana ia mendapatkannya, tentang hartanya kemana ia infaqkan, dan tentang apa yang ia amalkan dari ilmunya.” (H.R. At-Tirmidzi)

Semoga kita semua senantiasa menjadi orang-orang yang ada dibarisan Rasulullah SAW, dan senantiasa mendapatkan syafaat-Nya hingga hari kiamat. [Maulida Auliyah]

Baca Juga:  Peran Agama dalam Kegidupan Masyarakat

 

Related Posts

Latest Post