almuhtada.org- Dalam perjalanan hidup, kita sering menyusun rencana dengan penuh harapan.
Kita berusaha, berdoa, dan menggantungkan impian pada masa depan yang kita bayangkan.
Namun, ada kalanya takdir berjalan ke arah yang tidak kita pilih.
Doa yang kita panjatkan seakan tak berjawab, usaha terasa sia-sia, dan hidup seolah menuntun pada jalur yang tak kita inginkan.
Sehingga tidak sedikit dari kita mulai berprasangka buruk pada Allah Swt.
Kekecewaan yang timbul dari rasa harap yang mendalam membuat banyak dari manusia tergelincir pada kekecewaan besar pada Allah Swt.
Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan ketika takdir Tuhan tidak sejalan dengan keinginan?
Pertama, menumbuhkan perasaan menerima dari takdir yang diberikan, bukan justru menyangkalnya.
Kekecewaan, marah, sedih, dan bingung adalah emosi yang sangat manusiawi.
Ketika harapan tidak terwujud, jangan buru-buru menekan perasaan itu. Menerima dan memahami emosi adalah langkah pertama untuk berdamai dengan kenyataan.
Kedua, melihat takdir tersebut dalam jangka panjang. Sering kali, sesuatu yang terasa buruk pada awalnya ternyata merupakan bagian dari kebaikan jangka panjang.
Kita melihat hanya satu halaman, sementara Tuhan melihat keseluruhan buku.
Ada banyak kisah orang yang gagal, tersesat, atau tertolak, namun belakangan baru mengerti bahwa kegagalan itu justru menyelamatkan atau menuntun mereka ke jalan yang lebih baik.
Kita harus meyakini bahwa Allah Swt. memiliki keputusan yang terbaik bagi seluruh hambanya, bahkan hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-baqarah: 216
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَࣖ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Yang selanjutnya adalah bermuhasabah diri. Ketika keinginan tidak tercapai, Islam mengajarkan untuk melakukan introspeksi.
Bukan untuk menyalahkan diri secara berlebihan, tetapi untuk melihat apakah ada langkah atau niat yang perlu diperbaiki.
Yang terakhir adalah percaya bahwa rencana yang Tuhan tetapkan untuk kita selalu ada hikmah dibaliknya.
Keinginan manusia terbatas oleh pengetahuan dan pandangan yang sempit.
Tuhan melihat jauh ke depan.
Mungkin apa yang kita inginkan bisa membawa bahaya yang tidak kita sadari, atau justru menghalangi kita dari potensi yang lebih besar.
Percaya bahwa Tuhan Maha Mengetahui adalah cara untuk tetap tenang ketika arah hidup terasa tidak masuk akal.
Maka dapat disimpulkan bahwa setiap manusia pasti banyak menaruh harapan dalam doa yang ia panjaykan pada Tuhannya, tetapi jangan sampai rasa harap yang begitu besar merubah diri kita menjadi orang yang punya anggapan buruk pada Tuhan.
Dengan menjalani keempat cara diatas, insyaallah kita dapat menerima apa yang ditakdirkan untuk kita. []Khoirul Umam











