almuhtada.org – Dalam perjalanan hidup, kita melewati masa-masa yang membuat hati terasa perih. Ada luka yang datang dari kehilangan, ada air mata yang muncul karena kegagalan, dan ada beban yang sulit dijelaskan kepada siapa pun. Saat itu terjadi, manusia cenderung bertanya, “Mengapa Allah izinkan ini menimpaku?” Kadang kita merasa seolah kesedihan datang tanpa alasan, seolah hidup menjatuhkan ujian tanpa sedikit pun belas kasihan.
Namun, di balik semua rasa itu, ada satu kenyataan penting yang sering luput: tidak ada luka yang terjadi kecuali atas takdir Allah. Dan Allah tidak pernah menuliskan satu pun ketentuan kecuali mengandung kebaikan bagi hamba-Nya, meski kebaikan itu belum tampak pada saat luka masih segar di hati. Di balik setiap perih, ada hikmah yang pelan-pelan Allah buka.
Jika kita percaya bahwa Allah Maha Mengetahui, maka kita juga harus percaya bahwa setiap rasa sakit terjadi di bawah pengawasan-Nya. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Luka yang kecil hingga ujian yang besar semuanya telah tertulis dalam Lauhul Mahfuz jauh sebelum kita lahir. Bukan karena Allah ingin menzalimi, tetapi karena Dia ingin membentuk, menguatkan, dan mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya.
Dijelaskan dalam Al-Qur`an surat Al-Hadid ayat 22:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢
Artinya : “Tidak ada bencana (apapun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah” (Q.S. Al-Hadid: 22).
Saat seseorang terluka, biasanya ia hanya melihat sisi pahitnya. Padahal, Allah memiliki pandangan jauh ke depan yang tidak bisa kita lihat. Ujian yang hari ini terasa menyakitkan bisa jadi menjadi alasan kebahagiaan kita nanti. Kesedihan yang membuat hati jatuh tersungkur bisa menjadi sebab datangnya ketenangan yang lebih besar.
Diriwayatkan dari Shuhaib radhiyallahu ’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya itu baik, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu baik baginya. Dan apabila dia mendapatkan musibah dia sabar dan itu baik baginya.” (HR. Muslim, no. 5318)
Kita sering bertanya “kenapa?”, padahal yang ingin Allah ajarkan adalah “untuk apa?”. Ketika kita melihat ujian dari sudut pandang “untuk apa ini Allah berikan?”, maka kita akan menemukan makna yang lebih besar. Barangkali luka membuatmu lebih berhati-hati, lebih kuat, atau lebih dekat kepada Allah. Barangkali kehilangan membuatmu belajar ikhlas. Barangkali kegagalan membuatmu memahami bahwa hidup bukan hanya tentang usaha, tetapi juga tentang tawakal.
Di balik setiap luka, ada pembelajaran yang sedang bekerja. Kadang sakit, kadang lama, tapi selalu bermanfaat jika diterima dengan iman. Sebagian manusia baru menyadari setelah bertahun-tahun, bahwa apa yang dulu menyakitkan ternyata menjadi penyelamat. Begitulah cara Allah mendidik hati kita melalui hal-hal yang tidak kita duga.
Jika hari ini kamu sedang terluka, ketahuilah bahwa itu bukan hukuman. Itu adalah bukti bahwa Allah masih memperhatikanmu, dan masih ingin mengubahmu menjadi pribadi yang lebih baik. Luka adalah bagian dari kasih sayang-Nya, meski bentuknya tidak selalu lembut. Allah tidak mentakdirkan apa pun kecuali demi kebaikan hamba-Nya. Bahkan ketika hati menangis, bahkan ketika langkah terasa berat, kebaikan itu tetap berjalan. Tugas kita hanyalah percaya, bersabar, dan tetap berjalan meski hati sedang rapuh.
Sebab, di balik luka yang Allah tuliskan hari ini, ada kebaikan yang sedang menuju kepadamu. Dan ketika waktunya tiba, kamu akan memahami bahwa tidak ada takdir yang lebih indah selain apa yang Allah pilihkan.
Penulis : [Fitri Novita Sari]











