Almuhtada.org Analogi sandal dapat saja keliru dalam memberikan peringatan terkait pasangan hidup, karena nasib tidak semata-mata ditentukan oleh takdir, tetapi juga oleh usaha dan keputusan yang kita ambil. Meskipun jodoh sudah ditentukan, tetapi kualitas hubungan dan pasangan yang kita dapat sangat tergantung pada bagaimana cara kita mencapainya. Jika kita hanya fokus pada kriteria fisik, harta, atau status semata (yang ibaratnya hanya melihat “warna” dan “ukuran” sandal), maka potensi untuk tertukar atau mendapatkan pasangan yang tidak membawa kebahagiaan hakiki (seperti melakukan perbuatan tercela) sangatlah besar.
Pernikahan yang ideal adalah perpaduan antara ketaatan pada syariat dan kecocokan hati. Ia harus menjadi perahu yang membawa kedua insan menuju ridha Allah. Fokus Gen Z pada kekayaan dan karir duniawi memang penting, namun jika itu mengorbankan sunnah dan ibadah terpanjang, maka ketenteraman (sakinah) yang dijanjikan dalam Al-Qur’an (QS. Ar-Rum: 21) akan sulit didapatkan.
بسم الله الرّحمن الرّحيم
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ”.
Dan di antara bukti-bukti keagungan-Nya ialah Dia menjadikan pasangan hidup untukmu dari jenis yang sama, agar kamu merasa nyaman dan tenang dengannya, serta menciptakan rasa cinta dan kasih sayang di antara kalian. Sungguh, pada hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.
Pentingnya Memilih Pasangan Berdasarkan Kualitas Agama
Sabda Nabi Muhammad SAW telah memberikan panduan yang jelas dalam memilih pasangan:
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka utamakanlah yang memiliki agama, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa pilihan yang cermat dalam pernikahan seharusnya menjadikan aspek keagamaan sebagai ukuran utama. Aspek keagamaan berperan sebagai “penyatu” yang kuat agar pasangan tidak gampang jatuh ke dalam tindakan yang kurang baik setelah mereka menikah.
Pasangan yang baik, sebagaimana janji Allah: “Perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)” (QS. An-Nur: 26), akan selalu berusaha untuk saling menjaga dan mengingatkan dalam ketaatan.
Filosofi sandal dan jodoh mengingatkan kita: sandal diciptakan untuk tujuan menginjak dan melangkahi pernikahan diciptakan untuk tujuan ibadah dan menggapai surga. Jangan sampai salah memilih pasangan, sehingga tujuan mulia itu justru menjauh.
Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa menikah adalah sunnah nabi dan barangsiapa yang tidak mampu untuk menikah maka hendaklah ia berpuasa untuk pelindung bagi dirinya.
Azizah Fiqriyatul Mujahidah











