almuhtada.org – Di era digital saat ini, teknologi menjadi sahabat manusia. Berita akan mudah terdistribusikan.
Dari yang awalnya di posting oleh perorangan, kemudian ketika berita itu menarik, maka akan mudah menyebar ke seluruh penjuru negeri.
Sayangnya, akhir-akhir ini, berita yang viral adalah berita mengenai pernikahan, tapi lebih ke arah negatif.
Banyak berita mengenai perceraian yang diakibatkan perselingkuhan, harta, kepercayaan, bahkan kurangnya komunikasi.
Hal itu, marak terjadi pada public figure maupun masyarakat awam.
Selain karena faktor perceraian, ada juga karena faktor KDRT, perselingkuhan, dan berita buruk lain yang membawa masyarakat semakin memiliki stigma negatif terhadap pernikahan.
Stigma negatif ini akan mempengaruhi generasi muda untuk menunda pernikahan bahkan merencanakan untuk tidak menikah.
Lantas bagaimana akan membangun keluarga yang sakinah jika generasi mudanya tidak mau menikah?
Menikah memang tidak selalu bersifat wajib, tapi bukan berarti tidak mengusahakannya.
Semua hal memiliki sisi negatif dan positifnya, termasuk pernikahan.
Jika di media sosial banyak postingan maupun berita buruk mengenai pernikahan, maka banyak juga postingan bahagia mengenai keluarga yang bisa menjaga keberlanjutan pernikahannya.
Banyak berita menampilkan keutuhan keluarga yang sudah dibangun puluhan tahun. Artinya, ada juga loh, yang menemukan kebahagiaan setelah menikah.
Kebahagiaan itu tidak terjadi tanpa adanya kerjasama dari pihak laki-laki maupun perempuan.
Ada beberapa strategi yang bisa menjadi rujukan untuk membangun keluarga sakinah. Berikut beberapa strategi tersebut.
- Keuangan
Sebelum menikah, pasangan seharusnya terbuka akan keuangannya.
Kejujuran keuangan sangatlah penting bagi pasangan suami istri.
Jangan sampai, salah satu pihak memiliki hutang, lalu ditutup-tutupi sehingga akan menjadi masalah ketika sudah menikah.
Perlu adanya rancangan keuangan setelah menikah.
Sesuaikan juga gaya hidup masing-masing dengan uang yang dimiliki, lebih baik lagi jika memiliki tabungan keluarga.
- Komunikasi
Komunikasi sangatlah krusial dalam pernikahan.
Kadang keduanya sama-sama memiliki cinta yang besar, tapi tertutupi oleh ego, sehingga tidak bisa mengungkapkan yang sebenarnya.
Dalam hal ini, perempuan lebih sering menyuarakan sayangnya dengan amarah.
Padahal, niatnya untuk membuat pasangan peka akan yang dia inginkan, tapi justru menyakiti hati pasangan lain yang mengakibatkan munculnya retakan pada pernikahan.
Lelaki sendiri ketika merasa kurang dihargai, akan menjerumus ke arah perselingkuhan.
Padahal, masalah ini jika dikomunikasikan akan mendapatkan jalan keluar.
- Kepribadian
Memang susah menyatukan dua kepribadian dalam satu atap.
Perlu kedewasaan, dalam artian saling mengerti satu sama lain.
Ketika masalah yang sudah pernah dilalui tidak bisa menjadi pembelajaran, akan susah menjalani kehidupan pernikahan kedepannya.
Dewasa disini bukan berarti bicaranya yang besar, gerak-gerik yang elegan, ataupun penampilan yang modis.
Tetapi, kepribadian yang dewasa adalah ketika suatu perbedaan kecil tidak menjadikan pertengkaran yang besar.
Perlu juga mengenal bagaimana kepribadian pasangan, agar kita tahu apa yang harus diperbuat saat posisi tertentu yang menyulitkan pasangan atau ketika pasangan membutuhkan.
Kita bisa membuang jauh-jauh pikiran “Marriage is scary” jika kita yakin akan menemukan pasangan yang tepat untuk membangun keluarga sakinah.
Keluarga sakinah bukan berarti tanpa masalah, tapi keluarga yang bisa menghadapi suatu masalah sehingga menemukan jalan keluar yang membahagiakan.
Sebenarnya, pernikahan memang tidak sesimpel tiga hal di atas, tetapi tiga hal di atas bisa menjadi acuan untuk membentuk keluarga sakinah. []Nathasya Putri Ratu











