4 Amalan dengan Beban Timbangan Paling Berat di Akhirat Versi Ali bin Abi Thalib, Apa Saja Itu?

Ilustrasi dua oang yang sedang berbaikan (Freepik.com - Almuhtada.org)

almuhtada.org – Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini akan dicatat dan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti. Oleh karenanya, kita sebagai umat Islam hendaknya memperbanyak amalan sebagai bekal di akhirat kelak.

Pada yaumil mizan, setiap amal yang dikumpulkan semasa di dunia akan ditimbang untuk menentukan seberapa berat antara amalan dan dosa yang kita bawa. Tentu semua orang ingin timbangannya berat oleh berbagai amal baiknya, bukan sebaliknya.

Namun, tahukah kamu bahwa ada empat amalan yang disebut memiliki bobot paling berat di akhirat? Ucapan ini berasal dari Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi Muhammad saw. sekaligus khalifah keempat yang dihormati karena keteguhan iman dan kebijaksanaannya. Banyak kata-katanya yang menjadi sumber inspirasi dan panduan moral hingga sekarang.

Dalam sebuah maqalah (perkataan-perkataan) Ali bin Abi Thalib ra. yang diambil dari Kitab Nashaihul ‘Ibad oleh Syaikh Nawawi al Bantani, disebutkan bahwa

Ali bin Abi Thalib pernah berkata yang artinya:

“Sesungguhnya, amal perbuatan yang paling berat timbangannya itu ada empat, yaitu memberi maaf ketika sedang marah, suka bederma saat melarat, berbuat iffah (enggan) ketika sendirian, dan berkata benar terhadap orang yang ditakuti atau diharapkan jasanya.”

Mengapa empat amalan tersebut disebut sebagai amalan yang paling berat timbangannya? Simak penjelasan berikut!

1. Memberi Maaf saat Marah

Memaafkan saat hati tenang memang mudah, tetapi memberi maaf ketika sedang marah adalah hal yang sulit. Pada saat emosi memuncak, manusia cenderung ingin membalas atau melampiaskan sakit hatinya.

Baca Juga:  Amalan Istimewa di Bulan Syawal: Raih Keberkahan Setelah Ramadan

Namun, di momen itulah letak kekuatan sejati seorang mukmin diuji. Orang yang mampu menahan amarah dan memilih memaafkan sebenarnya sedang mengalahkan dirinya sendiri.

Memaafkan bukan berarti lemah, justru menunjukkan keteguhan hati dan kelapangan jiwa. Amalan ini memanglah berat dilakukan, tapi kelak amalan ini, bisa menjadi salah satu yang paling berat timbangannya di sisi Allah.

2. Suka Bederma saat Melarat

Bersedekah saat berkecukupan mungkin tidak sulit, tetapi tetap berbagi ketika sedang kekurangan merupakan suatu hal yang berbeda.

Meski begitu, cobalah untuk melaksanakan amalan tersebut. Tidak harus dalam bentuk uang, kebaikan kecil seperti memberi makanan, membantu teman, atau sekadar berbagi tenaga juga termasuk sedekah. Ali bin Abi Thalib mengajarkan bahwa keikhlasan sejati tak hanya tampak ketika kita memberi bukan karena telah memiliki kekayaan, tetapi karena ingin menolong meski dalam kesempitan. Sifat dermawan di tengah kekurangan adalah bukti bahwa hati dan tekad yang ia miliki jauh lebih kuat dari rasa takut akan kemiskinan yang menghampiri.

3. Berbuat Iffah (Enggan) ketika Sendirian

Berbuat iffah berarti menjaga diri dari perbuatan maksiat, terutama ketika tidak ada yang melihat. Amalan ini sangat berat, karena pada saat sendiri manusia sering merasa bebas melakukan apa pun.

Namun, justru di situ kejujuran iman diuji. Orang yang mampu menjaga pandangan, perkataan, dan perbuatannya ketika tidak diawasi manusia, sejatinya telah menempatkan Allah sebagai pengawas utama dalam hidupnya.

Baca Juga:  Menghadapi Ujian Hidup dengan Sabar dan Tawakal

Iffah adalah tanda bahwa seseorang hidup dengan ikhlas akan kesadaran dan iman yang tinggi kepada Allah Swt.

4. Berkata Benar terhadap Orang yang Ditakuti atau Diharapkan Jasanya

Inilah salah satu amalan paling berat sekaligus paling mulia di sisi Allah. Berkata benar memang mudah ketika tidak ada bahaya yang siap menyergap diri kita. Suatu hal sulit ketika kejujuran yang dilakukan bisa membawa bahaya bagi diri kita.

Ali bin Abi Thalib menekankan bahwa keberanian berkata jujur kepada orang berkuasa atau yang diharapkan bantuannya menunjukkan keimanan yang luar biasa. Orang seperti ini tidak tunduk pada rasa takut terhadap makhluk, karena ia hanya takut kepada Allah Swt.

Empat amalan ini menjadi pengingat bagi kita semua. Di dunia yang sering menilai segalanya dari cover-nya saja, Ali bin Abi Thalib mengajarkan bahwa ukuran sejati manusia ada pada hatinya. Memberi maaf ketika sedang marah, suka bederma saat melarat, berbuat iffah (enggan) ketika sendirian, dan berkata benar terhadap orang yang ditakuti atau diharapkan jasanya merupakan amalan yang sulit dilakukan karena menuntut keikhlasan dan keberanian pada manusia.

Pada akhirnya, beratnya timbangan amal bukan diukur dari seberapa banyak yang kita lakukan, tapi seberapa tulus dan kuat hati kita dalam melakukannya. Oleh karena itu, sebelum tiba ajal menghampiri diri, mari kita mulai menakar diri.

Baca Juga:  Apakah Dosa Ghosob Bisa Hilang dengan Bersedekah?

Sudahkah kita berani memberi maaf ketika sedang marah, suka bederma saat melarat, berbuat iffah (enggan) ketika sendirian, dan berkata benar terhadap orang yang ditakuti atau diharapkan jasanya selama ini? [Syukron Ma’mun]

Related Posts

Latest Post