almuhtada.org – Islam adalah agama yang sempurna dan luas, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Namun dalam memahami ajaran Islam, sering muncul perbedaan pendapat di kalangan umat maupun para ulama.
Hal ini terjadi karena perbedaan sudut pandang, latar belakang keilmuan, dan metode dalam memahami dalil. Rasulullah SAW sendiri telah memberikan teladan agar umatnya bersikap bijak, toleran, dan berilmu dalam menyikapi perbedaan tersebut.
Perbedaan dalam Islam adalah Keniscayaan
Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila seorang hakim berijtihad lalu ijtihadnya benar, maka ia mendapat dua pahala. Tetapi jika ia berijtihad lalu salah, maka ia mendapat satu pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa perbedaan pendapat termasuk rahmatullah dan perbedaan hasil ijtihad tidak selalu salah. Selama didasarkan pada niat yang tulus dan upaya ilmiah yang sungguh-sungguh, setiap usaha mencari kebenaran tetap dihargai di sisi Allah.
Allah memberikan pahala baik kepada yang benar maupun yang salah dalam usahanya mencari kebenaran. Inilah bukti bahwa Islam menghormati perbedaan yang lahir dari ijtihad, ilmu, dan ketulusan.
Contoh Perbedaan di Kalangan Ulama
Sejak masa para sahabat hingga ulama empat mazhab, perbedaan pendapat sudah ada dan diakui.
Misalnya:
- Dalam hal qunut Subuh, sebagian ulama menganjurkan, sebagian tidak.
- Dalam cara mengangkat tangan ketika shalat, terdapat beberapa riwayat yang berbeda.
Namun, mereka tidak saling mencela atau memutus silaturahmi. Mereka memahami bahwa kebenaran ijtihad bersifat relatif selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar agama.
Prinsip Bijak dalam Menyikapi Perbedaan
Agar tidak menimbulkan perpecahan, seorang Muslim perlu memiliki sikap bijak, antara lain:
- Menjaga niat dan adab.
Berbeda pendapat bukan berarti bermusuhan. Niatkan untuk mencari ridha Allah, bukan untuk membenarkan diri sendiri.
- Berpegang pada ilmu dan dalil.
Jangan berpendapat tanpa dasar. Rujuklah pada Al-Qur’an, Sunnah, dan penjelasan ulama yang berkompeten.
- Menghormati pandangan orang lain.
Selama perbedaan itu memiliki dasar syar’i, kita tidak boleh menganggapnya salah mutlak.
- Menjaga ukhuwah Islamiyah.
Persaudaraan seiman lebih utama daripada kemenangan dalam perdebatan.
- Meneladani akhlak Rasulullah SAW.
Rasulullah selalu berdakwah dengan kelembutan, bukan dengan paksaan.
Hikmah dari Perbedaan
Perbedaan dalam Islam justru menjadi rahmat, karena:
- Memberi ruang bagi umat untuk berfikir dan belajar.
- Menunjukkan keluasan dan fleksibilitas ajaran Islam.
- Melatih umat untuk bersikap sabar, toleran, dan menghargai pendapat lain.
Perbedaan pendapat dalam Islam adalah hal yang alami dan bernilai selama dilandasi oleh ilmu dan niat yang ikhlas. Karenanya, seorang Muslim hendaknya bijak, santun, dan terbuka dalam menghadapi perbedaan, tanpa merusak ukhuwah dan persatuan.
Perbedaan bukan alasan untuk bercerai-berai, tetapi sarana untuk saling melengkapi dan memperkuat umat Islam menuju ridha Allah.[] Muhammad Fadli Noor