Matinya Hati: Bencana Terbesar dalam Hidup Manusia

: Ilustrasi hati seseorang yang telah mati (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.orgJika kalian mengira, bencana terbesar dalam kehidupan berupa bencana alam. Misalnya gunung meletus, banjir bandang yang menenggelamkan rumah dan harta kekayaan manusia, maka itu salah. Ternyata ada hal yang lebih besar daripada itu, berupa  matinya hati sebelum matinya fisik seseorang.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah memberikan sebuah peringatan keras: “Orang yang menganggap bahwa gempa, tanah longsor, banjir… hanyalah bencana alam semata dan tidak menggugah imannya, maka itu menunjukkan kerasnya hati bahkan matinya hati.”

Selain itu, ulama besar Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi mengatakan, sesungguhnya mati itu bukan musibah atau bencana, mati itu sunnatullah atau sesuatu yang pasti terjadi.

“Bencana terbesar dalam hidup ini bukan kematian. Musibah atau bencana terbesar dalam kehidupan ini adalah matinya hati. Hati kita mati sementara, jasad kita masih hidup”. Matinya hati karena kita tak punya rasa takut sedikitpun kepada Allah SWT.

Tubuh manusia yang tidak diasuapi makanan akan menjadi sakit dan berakhir pada kematian.

Begitu pula dengan hati manusia, jika ia kekurangan makanan (Ilmu) maka iapun dapat mati.

Jika kita tidak belajar atau mencari ilmu selama tiga hari berturut-turut, hati kita bisa mati.

Matinya tubuh mudah diketahui orang lain dan diri kita sendiri. Namun, matinya hati jauh lebih berbahaya dimana seringkali kita sendiri tidak menyadari bahwa hati kita sudah mati.

Baca Juga:  Inkuisisi Spanyol: Ketika Umat Muslim Dipaksa Pindah Keyakinan

Imam Ibnu Ajibah dalam kitab Iqazhul Himam Fi Syarhi Al-Hikam menyebutkan tiga tanda utama matinya hati seseorang, yaitu:

  1. Tidak merasa sedih ketika kehilangan kesempatan untuk beribadah
  2. Tidak menyesal atau tidak peduli dengan perbuatan buruk (dosa) yang telah dilakukan;
  3. Memilih bersahabat dengan orang-orang yang lalai, yang juga mengalami mati hati.

Lalu apa saja penyebab hati menjadi mati?

Terlalu banyak bermaksiat

Setiap dosa yang dilakukan akan meninggalkan jejak, yaitu noda hitam di hati. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya apabila seorang hamba melakukan suatu dosa, maka akan muncul titik hitam di hatinya. Apabila ia meninggalkannya, beristighfar, dan bertaubat, maka hatinya akan kembali bersih. Namun, jika ia menambah (dosanya), maka titik-titik itu pun bertambah, hingga menutupi seluruh hatinya…”(HR. Tirmidzi, No. 3334).

Sebagaimana gambaran pada firman Allah SWT: ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14).

Lalai dari Mengingat Allah (Dzikir)

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku (dari dzikir kepada-Ku), maka sungguh, baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124).

Jika seseorang jarang mengingat Allah, hatinya akan mudah dimasuki dan dikuasai oleh bisikan setan (waswas), sehingga ia cenderung mengikuti hawa nafsu dan menjauhi ketaatan.

Baca Juga:  Obat Untuk Menyembuhkan Penyakit Hati dalam Islam : Sebuah Wasiat dari Ibnul Qayyim

Hubbud Dunya

Cinta dunia yang berlebihan (Hubbud Dunya) adalah penyakit yang membuat hati keras dan lalai terhadap akhirat.

Seseorang dalam kondisi ini menempatkan tujuan duniawi di atas segala-galanya.

Bahkan, merusak prioritas keimanan seseorang.

Hatinya menjadi keras, sempit, dan gelap karena selalu dipenuhi oleh: sifat serakah,

Hawa nafsu yang menuntut pemenuhan sesaat, Ketakutan kehilangan terhadap hal-hal yang bersifat duniawi.

Hati yang terikat pada dunia akan sulit merasakan manisnya ibadah dan ketenangan batin, karena ia hanya sibuk mengejar fatamorgana yang fana.

Orang yang seperti ini akan menjadi hamba dunia, bukan hamba Allah.

Berbicara Tanpa Manfaat

Rasulullah SAW memperingatkan umatnya agar menjaga lisan, karena terlalu banyak bicara apalagi yang tidak berguna dapat mematikan hati. Beliau bersabda:

“Janganlah kalian banyak bicara selain dzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa dzikir akan menyebabkan hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras.” (HR. Tirmidzi).[]Lailia Lutfi Fathin

Related Posts

Latest Post