Satu Kalimat Perusak Iman

Gambar seseorang sedang menggbarkan lingkaran putih yang diibaratkan sebagai iman (Freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Pernah nggak sih, kita mendengar kalimat yang terucap dari mulut seseorang, berupa: “Kalau bukan karena dia, aku nggak mungkin bisa sukses.”, “Kalau bukan karena pertolonganku, dia pasti sudah mati.”

Kalimat “kalau bukan karena…” terdengar biasa, tapi ternyata menyimpan makna yang besar. Tanpa disadari, kalimat ini bisa menggeser keyakinan kita dari tauhid yang murni.

Umumnya manusia jadi lebih condong bergantung pada sebab, bukan kepada Allah yang menciptakan sebab itu. Dari sinilah bisa muncul syirik kecil seperti riya’ dan tawakal yang salah arah.

Kita sering terjebak dalam kesibukan dunia. Ketika sesuatu berjalan baik berupa; proyek selesai, nilai bagus, usaha lancar.

Kita terlalu sibuk berterima kasih pada manusia, tapi lupa mengucap syukur kepada Allah yang menakdirkan semua berjalan lancar. Rasulullah SAW, bersabda:

“Janganlah kalian mengatakan: ‘Kalau bukan karena kehendak Allah dan karena si Fulan,’ tetapi katakanlah: ‘Kalau bukan karena kehendak Allah kemudian karena si Fulan.’” (HR. Abu Dawud, no. 4980)

Hadis ini mengajarkan bahwa dua kata sederhana, “dan” dan “kemudian” membawa makna yang sangat berbeda. Kata “dan” menempatkan manusia sejajar dengan Allah, sedangkan “kemudian” menunjukkan pengakuan bahwa manusia hanyalah sebab setelah izin Allah.

Manusia sering lupa ketika hal-hal menyenangkan terjadi: kesuksesan, kesembuhan, atau keberhasilan sekecil apa pun.

Padahal, semua itu tak lepas dari kuasa Allah. Obat bisa menjadi sebab kesembuhan, tapi yang menyembuhkan tetap Allah. Teman bisa menolong, tapi yang menggerakkan hatinya untuk menolong adalah Allah.

Baca Juga:  SEMAKIN KUAT TINGKAT IMAN MAKA HIDUP AKAN TENANG

Lisan yang kecil bisa menjadi cermin isi hati. Sehingga, menjaga lisan bukan hanya soal sopan santun, tapi juga tentang menjaga akidah.

Daripada mengatakan “Kalau bukan karena dia…”, ubahlah dengan kalimat yang lebih benar dan menenangkan hati:

“Alhamdulillah, Allah mudahkan lewat bantuannya.”

“MasyaAllah, Allah jadikan dia perantara kebaikan.”

“Alhamdulillah, atas izin Allah dan usaha dia, akhirnya berhasil juga.”

Kalimat sederhana ini menjaga hati tetap tertambat pada Allah, tanpa mengurangi rasa terima kasih kepada manusia. Mulai hari ini, mari berhati-hati dalam berbicara.

Karena dari satu kalimat, bisa terlihat arah hati: menuju Allah atau menjauh dari-Nya. []Lailia Lutfi Fathin

Related Posts

Latest Post