Berbuat Maksiat Itu Lebih Susah daripada Kebaikan?

Salah satu contoh maksiat adalah mencuri (Freepik.com - almuhtada.org)

almuhatada.org – Maksiat merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan apabila dilakukan mendapatkan dosa. Maksiat  berasal dari bahasa Arab, معصية asal katanya عصى يعصي yang maknanya menentang, mendurhakai, melanggar, dan membangkang.

Selain karena dilarang Allah, maksiat juga sering dilarang dalam norma-norma bermasyarakat. Maksiat yang dilarang dalam agama Islam dan norma agama seperti melakukan pencurian, berbohong, dll.

Melakukan maksiat terlihat sangat mudah dan senang untuk dilakukan. Padahal, dalam melakukannya orang harus melakukan banyak usaha daripada melakukan kebaikan.

Usaha yang dilakukan pertama adalah menyusun rencana. Saat akan melakukan pelanggaran, orang pasti harus membuat rencana untuk bersembunyi supaya tidak ketahuan juga menyembunyikan rencananya.

Setelah disusun rencana, saat melakukannya juga harus bisa bersembunyi atau menyembunyikan dengan baik.

Berbeda dengan melakukan kebaikan yang tanpa dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan dengan tenang tanpa ada yang ditakutkan.

Ibnul Qayyim pernah berkata bahwa satu dosa bisa menuntun ke dosa-dosa selanjutnya.

Selain itu, beliau juga berkata bahwa “Dosa mewariskan kehinaan di hati, kelemahan tubuh, dan kesulitan dalam urusan. “Perkataan Ibnul Qayyim tersebut merupakan hasil dari ketakutan oleh orang-orang yang melakukan maksiat.

Karena ketakutan, maka dosa yang sebelumnya tidak ada di rencana yang dibuat akan muncul.

Sebagai contoh menutupi maksiat dengan mengambil atau mencuri sebuah barang bukti. Setelah bukti disembunyikan, akan muncul maksiat lagi untuk cara menutupi keberadaan barang bukti seperti dengan berbohong.

Baca Juga:  Mendekatkan Diri kepada Allah dengan Traveling

Jika sudah tumbuh suatu kebohongan, akan bertumbuh lagi beberapa kebohongan lainnya walaupun itu awalnya terlihat tidak ada hubungan dengan pelanggaran yang dilakukan.

Setelah melakukan banyak rangkaian dari maksiat tersebut, orang akan merasa tidak tenang karena harus menutupi banyak maksiat yang sudah dilakukan. Jadi, dalam melakukan urusan yang lain juga dia tidak akan fokus karena tidak tenang.

Jika suatu hari maksiat sudah dilakukan dan ketahuan, maka banyak dampak yang didapatkan. Paling pertama adalah rusaknya hubungan sosial dengan banyak orang di sekitar.

Setelah melakukan maksiat pasti akan ada hubungan yang awalnya sangat baik menjadi asing. Setelah rusaknya hubungan sosial, juga terkadang ada hukuman dari negara.

Contoh hukuman penjara, hukuman mati, dll. Hukuman tersebut juga pasti akan merugikan diri sendiri. Jadi, sebenarnya dengan tidak melakukan maksiat dapat membuat hidup kita lebih tenang dan teratur.

Melakukan maksiat mungkin akan membuat senang sesaat, tetapi untuk dampak dan hukumannya akan berlaku jangka panjang. Oleh karena itu, berbuat maksiat dapat dikatakan lebih sulit dibandingkan dengan berbuat kebaikan. []Shofiyatul Afiyah

Related Posts

Latest Post