Merangkul Hidup dengan Rida dan Qana’ah

Ilustrasi seseorang yang sedang merenungi hidup (pinterest - almuhtada.org)

almuhtada.org – Kehidupan telah banyak menuntut kita untuk terus mengejar kesempurnaan. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang membuat hidup kita serba cepat. Di saat hati terasa penat, Islam menawarkan penuntun yang menenangkan, hidup berlandaskan dua nilai penting yaitu rida dan qana’ah.

Penerimaan dalam Islam bukan berarti pasrah tanpa usaha. Sebaliknya, ia merupakan buah dari perjuangan setelah seorang Muslim berikhtiar sebaik-baiknya. Penerimaan adalah keyakinan mendalam bahwa segala peristiwa baik ataupun buruk, merupakan bagian dari takdir Allah SWT.

Menerima Ketetapan Allah dengan Lapangan Hati

Rida adalah kelapangan hati untuk menerima segala ketetapan Allah apapun bentuknya. Ia tidak sibuk bertanya untuk menyalahkan keadaan, melainkan menenangkan diri dengan kalimat “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (Sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali)

Sikap ini membebaskan jiwa dari kekecewaan yang berlarut. Ia mengingatkan kita bahwa ujian hidup bukanlah hukuman, melainkan jalan untuk menghapus dosa sekaligus mengangkat derajat.

Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Ayat ini menjadi penguat bahwa setiap ketentuan, meskipun sulit diterima, pasti membawa hikmah.

Merasa Cukup dengan Pemberian Allah

Jika rida berkaitan dengan apa yang terjadi, maka qana’ah menyentuh pada apa yang dimiliki. Qana’ah berarti menerima dengan lapang dada rezeki yang Allah berikan, tanpa dikuasai rasa iri atau tamak terhadap kepunyaan orang lain.

Baca Juga:  Setiap yang Bernyawa Pasti Akan Merasakan Mati

Qana’ah tidak berarti berhenti bekerja keras. Islam tetap mendorong umatnya berusaha dan berkarya. Namun, setelah berikhtiar, qana’ah menuntun hati agar tidak gelisah karena mengejar hal yang tiada habisnya. Rezeki yang sedikit terasa cukup dan penuh berkah, sementara rezeki yang melimpah tidak akan membuat pemiliknya sombong.

Menjadikan rida dan qana’ah sebagai bagian dari hidup adalah perjalanan panjang. Ia menuntut muhasabah (introspeksi diri) dan tawakal (berserah diri setelah berusaha). Dengan keduanya, hati akan lebih damai.

Pada akhirnya, penerimaan hidup dalam Islam adalah keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baik Perencana. Dengan rida dan qana’ah, kita belajar menjalani hidup dunia dengan syukur, sekaligus menyiapkan diri menyambut akhirat dengan hati yang tenang. [Khariztma Nuril Qolbi Barlanti]

 

 

 

Related Posts

Latest Post