almuhtada.org – Pernahkah kita mendengar kalimat, “Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar kesanggupannya”?
Kalimat sederhana ini sebenarnya membawa makna yang sangat dalam dan menguatkan hati kita ketika sedang berada di titik terendah.
Ungkapan tersebut mengingatkan kita untuk selalu melibatkan Allah dalam setiap langkah kehidupan.
Saat kita dihadapkan dengan berbagai masalah, ujian, atau cobaan yang datang silih berganti, kita diajak untuk percaya bahwa Allah mengetahui apa yang sedang kita kerjakan, rasakan, dan perjuangkan.
Jika ujian yang kita hadapi terasa begitu berat, itu berarti Allah yakin kita mampu menghadapinya.
Allah tidak mungkin salah menakar beban hidup seorang hamba. Justru, ujian yang besar adalah tanda bahwa kita dianggap kuat, dan mungkin termasuk salah satu hamba yang terbaik di mata-Nya.
Sering kali, pekerjaan atau usaha kita terlihat salah di mata manusia. Kita merasa dihakimi, tidak dihargai, atau bahkan disalahpahami.
Namun, selama langkah kita benar di hadapan Allah, tidak perlu terlalu memikirkan penilaian manusia.
Dunia hanyalah tempat singgah yang sementara. Untuk apa kita terus menerus mengejar pujian dan kesempurnaan duniawi, sedangkan Allah telah menjanjikan tempat yang jauh lebih indah di akhirat bagi hamba-Nya yang taat, patuh, dan bertawakal kepada-Nya?
Ingatlah, setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Sang Pencipta. Begitu pula kita.
Hidup ini bukan tentang siapa yang paling sempurna, sebab kita semua memiliki kekurangan.
Namun, yang menjadi pertanyaan penting adalah apa yang akan kita bawa kelak ketika dipanggil pulang? Amal saleh, doa, dan ketaatan kita yang akan menjadi bekal.
Allah bahkan sudah “memperlihatkan” gambaran perjalanan hidup kita sejak sebelum kita lahir.
Itu artinya, Allah menghendaki kita hadir di dunia ini untuk beribadah dan mendekat kepada-Nya, bukan semata-mata mengejar kenikmatan dunia.
Cobalah sejenak melihat ke belakang. Banyak orang yang meninggal saat masih bayi.
Bayangkan bagaimana perasaan orang tua yang kehilangan anak yang dinanti-nanti sejak dalam kandungan.
Namun Allah berkehendak lain. Itu pun bukti kasih sayang Allah. Ia mengetahui bagaimana kehidupan anak itu seandainya ia hidup panjang.
Maka Allah lebih menjamin anak tersebut masuk surga dengan cara yang penuh rahmat. Dari situ kita belajar bahwa kehidupan, seberat apa pun, adalah anugerah yang patut kita syukuri.
1. Bersyukur dalam segala keadaan
Bersyukur bukan hanya saat kita diberi nikmat, tetapi juga ketika diberi ujian. Dengan bersyukur, hati menjadi lebih lapang, dan kita mampu melihat sisi positif dari setiap kejadian.
2. Menjaga hubungan dengan sesama
Selain hubungan dengan Allah, kita juga perlu menjaga hubungan baik dengan manusia ‘’ hablun minannas’’.
Menghormati orang tua, membantu sesama, serta berkata baik adalah bentuk ibadah yang mendatangkan cinta Allah.
3. Bertawakal dan sabar
Setelah berusaha, kita serahkan hasilnya kepada Allah. Sabar bukan berarti pasif, tetapi terus berusaha sambil meyakini bahwa Allah sedang menyiapkan yang terbaik untuk kita.
Dengan melangkah pada jalan ini, kita perlahan akan memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai Allah.
Hidup terasa lebih bermakna, hati lebih tenang, dan kita pun siap menghadapi apa pun yang akan datang.
4. Memperbanyak istighfar dan taubat
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Namun, Allah Maha Pengampun.
Dengan memperbanyak istighfar, kita membersihkan hati dari dosa dan mengundang rahmat-Nya.
Taubat yang tulus menjadi bukti bahwa kita ingin kembali kepada jalan yang benar.
5. Menjauhi maksiat dan menjaga diri
Menghindari perbuatan dosa adalah bentuk penghormatan kepada diri sendiri sekaligus bukti ketaatan kepada Allah.
Menjaga pandangan, lisan, dan perbuatan membuat kita tetap berada di jalur yang diridhai-Nya.
6. Memperdalam ilmu agama
Ilmu adalah cahaya. Dengan mempelajari Al-Qur’an, hadis, dan ilmu agama lainnya, kita akan lebih memahami cara hidup sesuai syariat.
Semakin kita tahu, semakin kuat iman kita, dan semakin mudah menjalani ujian hidup.
Dengan mengamalkan ketujuh langkah ini, kita bukan hanya menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga lebih dekat dengan Allah.
Hati menjadi lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan hidup terasa lebih bermakna.
Jalan menuju cinta Allah bukanlah perjalanan instan, tetapi proses yang membutuhkan kesabaran dan kesungguhan.
Namun percayalah, setiap langkah kecil menuju kebaikan akan dibalas dengan cinta dan rahmat yang berlipat ganda dari-Nya. [Najwa Khofifahtul Azizah]