Kematian yang telah Ditetapkan

Ilustrasi bencana yang menyebabkan banyak kematian (Freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Ini dimulai dari satu pertanyaan yang tiba-tiba muncul, entah sejak kapan. Pertanyaan ini muncul barangkali sebagai bentuk krisis saya, atau barangkali justru menandakan vitalitas aktif.

Sifat pertanyaan di sini tidak pernah dijadikan sebagai sesuatu yang menyangsikan, hal ini merupakan sepenuhnya ketidaktahuan, dan baru ini saya kulik untuk mencari kebenarannya.

Pertanyaan yang dimaksud adalah mengenai kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, kematian adalah suatu yang sudah ditetapkan sebagaimana itu adalah qada. Dalam Quran Surah Al-Baqarah ayat 28 sebagai berikut:

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28)

“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu lalu Dia menghidupkanmu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Telah disuratkan bahwasanya awal dan akhir manusia adalah ketetapan Allah. Namun, yang mendasari artikel ini adalah pertanyaan yang awalnya berbentuk “apakah ketetapan kematian itu mutlak?” yang mana tentu bisa ditafsirkan sebagai bentuk pengingkaran dari ayat yang sudah ditera di atas. Bagaimanapun, ini tidak dimaksudkan demikian. Pertanyaan tersebut hanya kekurangan penulis dalam merumuskan persoalan.

Kebingungan saya bukan bentuk ketidakpuasan dari kefanaan manusia atau keinginan untuk abadi. Kebingungan saya muncul sesimpel, barangkali bisa dikata remeh, dari kontra fungsi doa panjang umur, yang mana tidak sesuai jika kematian manusia sudah tetap (waktunya).

Baca Juga:  Kematian dalam Islam: Takdir Pasti dan Bekal yang Harus Disiapkan

Jadi yang ditanyakan bukan kemutlakan kematian tetapi mutlaknya ketetapan tersebut, yang mana ketetapan kematian di sini bisa diartikan sebagai sudah tetapnya waktu manusia untuk meninggalkan dunia.

Dan jawaban dari pertanyaan tersebut lebih cepat ditemukan dibanding dengan waktu saya menjelaskan pertanyaan saya di artikel ini. Jawabannya adanya kekeliruan terhadap perspektif sosial terhadap doa panjang umur, yang mana di sini tidak dimaksudkan mengubah suratan takdir kapan seseorang akan menghadapi ajal (meminta perpanjangan waktu), melainkan doa tersebut merupakan sebuah bentuk permohonan agar usianya di dunia dipenuhi keberkatan hidup. []Muhammad Irbad Syariyah

Related Posts

Latest Post