almuhtada.org- Pernahkah kita merenungi makna di balik panggilan Allah Swt kepada hamba‑Nya untuk menunaikan haji dan umrah?
Dalam Ajaran Islam, Allah senantisa mengajak hamba-Nya untuk beribadah, mengenal dan menaati perintah-perintah-Nya. Dua jenis ibadah yang sangat mulia adalah umrah dan haji.
Keduanya dilakukan di tanah suci (makkah) yang mengandung nilai spiritual, historis, juga sosial.
Ibadah ini merupakan panggilan langsung dari Allah untuk menyengaja mengunjungi rumah-Nya.
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
Artinya : “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS. Ali imran : 97).
Namun, untuk pergi kesana kita harus menyiapakan baik itu finansial, kesehatan, dan juga keimanan.
Umrah dan haji memiliki perbrdaan dalam serangkaian pelaksanaannya.
Perbedaan bukan dilihat dari waktu pelaksanaanya, tetapi dari rukun haji dan umrah itu sendiri.
Pertama, ihram yang merupakan niat memulai haji atau umrah dengan mengenakan pakaian ihram.
Pakaian yang dikenakan, tidak boleh berjahit bagi laki-laki dan tidak boleh menutupi muka serta telapak tangan bagi perempuan.
Sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah termasuk dalam ihram yang berarti haram untuk melanggar perintah dalam berhaji atau umrah.
Hal ini sudah dijelaskan dalam firman Allah sebagai berikut :
وَلَا تَحْلِقُوٓا۟ رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ ٱلْهَدْىُ مَحِلَّهُۥ
Artinya : “Dan janganlah kalian mencukur (atau memotong) rambut kalian hingga korban (haji/umrah) itu sampai di tempat penyembelihan.” (QS. Al-Baqarah : 196)
Kedua, dalam haji terdapat wukuf di arafah yang merupakan titik puncak ibadah haji.
Wukuf di Arafah dilaksanakan pada tangggal 9 dzulhijjah, namun jamaah datang biasanya lebih awal.
Apabila seseorang meninggalkan wukuf ini maka hajinya tidak sah.
Sedangkan dalam umrah, tidak melakukan wukuf dari sehabis ihram langsung thawaf.
Setelah melakukan wukuf, langsung melakukan rukun yang ketiga dalam ibadah haji yaitu thawaf.
Thawaf berarti mengelilingi kakbah sebanyak tujuh kali baik dalam haji maupun umrah.
Keempat adalah Sa’i, berlari-lari kecil dari bukit shafa ke bukit marwah sebanyak tujuh kali.
Mengapa dari bukit shafa ke bukit marwa?
Hal ini meneladani kisah nabi Ibrahim dan putranya, Ismail.
Saat Nabi Ibrahimm ʿalayhi’s-salam meninggalkan istrinya, Hajar, bersama bayi Isma’īl di lembah tandus (Makkah), Hajar berlari bolak‑balik antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali untuk mencari air setelah sumur zamzam tiba‑tiba kering.
Usahanya menggambarkan kesabaran, tawakkul (kepercayaan penuh kepada Allah), dan perjuangan tanpa henti.
Dalam firman Allah juga sudah dijelaskan sebagai berikut:
إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah termasuk syi’ar Allah…” QS. Al‑Baqarah [2:158].
Kelima, yakni tahallul atau mencukur minimal sehelai rambut.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa memotong sekurang‑kurangnya satu helai rambut sudah cukup untuk mengakhiri ihram (tahallul).
Beberapa riwayat dan tradisi menyebutkan bahwa Rasulullah saw memotong rambutnya dalam jumlah sebanyak empat ketul. Hal ini menjadi pedoman dalam madzhab syafi’i.
Keenam yaitu tertib atau melakukan semua rukun sesuai urutan. Pelanggaran urutan berarti membatalkan kesahan ibadah.
Dari enam rukun haji dan lima rukun umrah, satu hal nyata mengemuka: wukuf di Arafah hanya ada pada haji.
Ini pula yang menjadikan haji sebagai rukun Islam kelima, kewajiban sekali seumur hidup bagi yang mampu sementara umrah bersifat sunnah muakkad, bisa diulang-ulang.
Apa hikmah di balik perbedaan ini?
Haji mengajarkan jiwa pengorbanan, kesabaran menghadapi tantangan, persatuan umat lintas bangsa, serta puncak perenungan di Arafah.
Umrah meneguhkan kesadaran untuk selalu kembali kepada Allah setiap kali kesempatan datang, menyegarkan jiwa, dan memelihara kesucian hati. []Najwa Khofifahtul Azizah