Mengapa Islam Tidak Sepenuhnya Menerima Komunisme? Perspektif Syariah dan Moralitas

Gambaran komunisme yang membatasi kepemilikan pribadi dan pengaturan terpusat oleh negara. (Freepik.com - Almuhtada.org)

almuhtada.org – Komunisme adalah ideologi dan sistem ekonomi yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas dan tanpa kepemilikan pribadi. Dalam sistem ini, semua alat produksi, seperti tanah, pabrik, dan sumber daya, dikuasai oleh negara atau masyarakat secara kolektif dan didistribusikan secara merata kepada seluruh masyarakat.

Dalam komunisme, tujuan utamanya adalah menghilangkan ketimpangan sosial dan memastikan setiap individu mendapatkan kebutuhan dasarnya. Namun, dalam sudut pandang Islam, sistem ini memiliki sejumlah sisi positif dan negatif.

Jika kita lihat secara objektif, tujuan komunisme untuk menghapus kesenjangan sosial dan memperhatikan masyarakat memang tampak sejalan dengan nilai Islam. Di mana, Islam sangat menjunjung keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan.

Prinsip zakat, infaq, dan sedekah menunjukkan bahwa Islam memang peduli kepada mereka yang tergolong miskin. Selain itu, Islam juga melarang adanya akumulasi harta pada segelintir orang saja (QS. Al-Hasyr: 7), sehingga dalam hal ini terdapat kesamaan dalam upaya mengurangi ketimpangan.

Meskipun memiliki kesamaan dalam hal keadilan sosial, komunisme memiliki konsep yang bertentangan dengan Islam dalam beberapa hal, seperti:

  1. Penghapusan kepemilikan pribadi

Islam mengakui adanya kepemilikan individu sebagai bagian dari fitrah dan memberi ruang untuk berusaha, berdagang, dan berinovasi. Masih dalam konteks kepemilikinya, Islam hanya memberi rambu-rambu agar kepemilikan ini diperoleh dan digunakan secara halal dan bermanfaat.

  1. Pengaturan berlebihan oleh negara.
Baca Juga:  Bilal bin Rabbah: Muadzin yang Merindukan Rasulullah

Komunisme memusatkan kontrol ekonomi di tangan negara, dan ini meniadakan peran individu untuk berinovasi dan berkompetisi (secara sehat). Padahal, Islam mendorong setiap Muslim untuk bekerja keras dan bersaing dalam kebaikan sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Baqarah ayat 148.

Sebagai tambahan, seorang pemikir Islam yang juga merupakan menteri Agama Republik Indonesia pertama, Mohammad Rasjidi menjelaskan:

”Komunisme tidak tumbuh  di antara kaum buruh rendahan yang nasibnya akhir-akhir ini telah mengalami banyak perbaikan dari atasannya. Komunisme adalah gerakan yang mula-mula muncul dari kalangan orang-orang kaya atau borjuis  dan berkembang atas pengaruh kalangan terpelajar. Hakikatnya, komunisme adalah sekumpulan buah pemikiran yang mengisi kehampaan akibat kendornya hidup keagamaan, yaitu kekendoran yang diakibatkan oleh pikiran yang mengesampingkan agama sejak berakhirnya abad pertengahan barat yang lalu.”

Secara nilai, pernyataan di atas berkaitan dengan Islam. Di mana, bahwa ketika agama dan nilai ketuhanan diabaikan, maka ruang kosong dalam jiwa manusia dapat diisi oleh berbagai pemikiran materialistik dan ideologi buatan manusia. Pada intinya, Islam mengajarkan bahwa keadilan sosial harus berakar pada keimanan kepada Allah dan dilaksanakan dalam prinsip syariah.

Sebagai penutup, tulisan ini tidak menentang konsep ekonomi komunisme secara keseluruhan. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada negara baik yang bercorak kapitalis maupun komunis pernah berhasil keluar dari krisis ekonomi berkat penerapan prinsip-prinsipnya secara konsisten dan sesuai kebutuhan masyarakatnya. Maka, sebagai Muslim, kita hanya perlu bersikap bijaksana dalam melihat beragam ideologi dan sistem ekonomi di dunia. [Abian Hilmi]

Baca Juga:  Mengenal Lebih Dekat Baitul Maqdis, Ini Dia Perannya dalam Sejarah Islam

Related Posts

Latest Post