almuhtada.org – Apakah kamu menyukai malam? Bagaimana dengan memandang bintang-bintang? Indah bukan? Di langit malam yang luas, terkadang kita memandangi bintang dengan cahayanya yang gemerlap.
Namun tak jarang cahayanya tampak redup atau bahkan terhalang awan gelap yang menjadikannya tak terlihat. Tapi yang pasti, bintang tetap memiliki cahaya dalam dirinya sendiri bukan dari cahaya benda lain.
Bintang tak bersinar karena disorot. Ia tak bergantung pada mata yang memandangnya. Bahkan saat kamu menatapnya dari belahan bumi yang berbeda, atau saat cahayanya kalah terang dibanding bulan purnama, fakta bahwa ia bercahaya adalah mutlak.
Begitulah seharusnya kita sebagai manusia beriman. Tidak menanti sorotan. Tidak butuh tepuk tangan. Karena nilai kita tak diukur dari siapa yang menyaksikan, tapi dari kebaikan dan keikhlasan yang terus menyalakan cahaya di dalam jiwa. Tak semua cahaya tampak oleh mata. Tak semua kebaikan diketahui orang. Namun Allah tidak pernah lalai mencatat setiap niat dan amal, sekecil apa pun itu.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَن يَفْعَلْ مِنَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌۭ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًۭا وَلَا هَضْمًۭا
“Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh, sedang dia dalam keadaan beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil dan tidak (pula) pengurangan haknya.”
(QS. Ṭāhā: 112)
Amal yang tersembunyi dari manusia, justru menjadi amal yang paling dekat dengan kemurnian. Bahkan amal yang paling diam sekalipun jika dikerjakan dengan iman, bisa menjadi penyelamat di akhirat kelak. Seperti bintang yang jauh, tapi tetap memberi arah bagi para pelaut dan penjelajah malam. Ia bekerja dalam senyap, tapi fungsinya nyata.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa Allah melihat bukan pada hal-hal yang lahiriah semata, tetapi pada isi hati dan niat yang tersembunyi:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنظُرُ إِلَىٰ صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَىٰ أَمْوَالِكُمْ، وَلَـٰكِنْ يَنظُرُ إِلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian dan amal kalian.”
(HR. Muslim no. 2564)
Keikhlasan adalah cahaya batin. Dan seperti bintang, cahaya itu tidak selalu harus tampak agar tetap bernilai. Bintang tak pernah iri pada cahaya bulan. Ia tetap bersinar sesuai takdirnya.
Seorang mukmin pun tak perlu merasa kecil ketika orang lain lebih terkenal, lebih sukses, atau lebih bersinar dalam pandangan dunia. Dalam dunia yang haus pengakuan, jadilah pribadi yang tetap menyala walau tak dilihat.
Tetaplah menulis kebaikan, membangun doa, berjuang dalam diam, dan mencintai Allah lebih dari pujian manusia. Allah Maha Mengetahui. Dan Dia tidak akan menyia-nyiakan cahaya yang kita nyalakan dengan iman dan ketulusan.
Maka hari ini, meski mungkin kita tak secerah orang lain, jangan padam. Meski tak dilihat, jangan berhenti. Karena seperti bintang di langit, kita diciptakan untuk bersinar. Bukan agar dilihat, tetapi agar tetap memberi manfaat. Jadi, sudahkah kamu memancarkan cahayamu sendiri atau masih berkutat dengan cahaya orang lain hingga cahayamu tak terasa terpancar.
[Rezza Salsabella Putri]