Kenapa Istiqomah Itu Berat? Ini Jawaban Jujurnya

Tangan menengadah mengilustrasikan sedang berdoa (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Istiqomah merupakan satu kata yang terdengar mudah, tapi sangatlah berat ketika dijalani. Kita hampir setiap hari mendengar istilah ini baik dalam ceramah, buku motivasi Islami, bahkan menjadi doa yang kita panjatkan: “Ya Allah, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu.”

Akan tetapi, menjaga keistiqomahan atau konsistensi dalam berbuat baik maupun dalam hal apapun , apalagi di zaman yang serba cepat dan penuh godaan ini, adalah tantangan besar khususnya bagi para mahasiswa.

Sering kali kita punya niat baik seperti mengikuti kajian rutin, bangun sepertiga malam untuk tahajud, menjauhi ghibah, membaca Al-Qur’an setiap hari, belajar tiap hari. Akan tetapi seiring waktu, semangat itu pelan-pelan hilang. Kita kembali ke rutinitas lama yaitu menunda-nunda dan bermalas-malasan. Di sinilah kita menyadari bahwa ternyata istiqomah tidak cukup hanya dengan niat, tapi butuh kesungguhan hati dan perjuangan terus-menerus.

Allah SWT memerintahkan kita untuk istiqomah dalam firman-Nya yang artinya:

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat bersama kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112)

Ayat ini menunjukkan bahwa istiqomah bukan hanya anjuran, tapi perintah langsung dari Allah SWT. Namun, kita tahu bahwa istiqomah berat karena iman kita naik-turun. Hari ini semangat, besok malas. Tapi justru di situlah nilai istiqomah: bertahan meski hati sedang lemah.

Baca Juga:  Umat Islam Wajib Tahu! Berikut Cara dan Tips Istiqomah dalam Beribadah kepada Allah Swt.

Istiqomah itu bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling tahan untuk terus melangkah meski tertatih. Seperti halnya sholat terawih, bukan hanya siapa yang berada di shaf paling depan, melainkan siapa yang dapat bertahan hingga akhir.

Lingkungan juga sangat berpengaruh. Ketika kita dikelilingi teman-teman yang mendukung kebaikan, istiqomah terasa ringan. Tapi kalau sebaliknya, kita mudah hanyut dalam arus yang menjauh dari Allah. Godaan untuk mengikuti trend negatif, ikut-ikutan gosip, membuka aurat, atau sekadar menunda-nunda waktu shalat bisa muncul bukan dari keinginan pribadi, tapi dari tekanan sosial.

Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya:

“Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah.” (HR. Muslim)

Hadis ini singkat, tapi memiliki makna yang mendalam. Iman saja tidak cukup, tapi juga perlu dilanjutkan dengan tindakan yang konsisten. Allah tidak menilai dari hasil sesaat, tapi dari usaha yang terus diperjuangkan.

Jika kita lalai sesaat, maka tetaplah berusaha untuk melakukan rutinitas yang baik lagi dan angan malu untuk memulai lagi, bahkan setelah jatuh berkali-kali. Allah lebih mencintai hamba yang terus kembali daripada yang menyerah.

Allah SWT juga berfirman, yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.'” (QS. Fussilat: 30)

Baca Juga:  Tabayyun: Kunci Bijak Menghadapi Banjir Informasi dan Hoaks di Era Digital

Mulailah dari amalan kecil tapi rutin. Hal ini terdapat dalam sabda Rasulullah SAW :

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling rutin dilakukan meskipun sedikit.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Berbuat baik itu mudah, yang sulit adalah terus konsisten di jalan kebaikan. Tapi di situlah nilai dan pahalanya. Istiqomah memang susah. Tapi bukan berarti mustahil. Dengan niat yang benar, lingkungan yang mendukung, usaha yang berulang, dan doa yang terus dipanjatkan, kita bisa sampai pada titik itu. Sedikit demi sedikit, hari demi hari—karena setiap langkah kecil menuju Allah tidak akan sia-sia. [Rani Alfina Rohmah]

 

Related Posts

Latest Post