Suudzon Vs Husnudzoon : Manakah Pemenangnya

Gambar Ilustrasi yang menggambarkan dua orang yang saling berprasangka foto pribadi

almuhtada.org – Pernahkah kamu berpikir untuk menganalisis kegiatan seseorang atau apa yang dilakukan maupun dikatakan terhadap dirimu atau terhadap orang lain. Pasti setiap manusia pernah merasakan hal mengganjal disetiap tingkah laku sesama makhluk hidup. Merasa dirugikan atau justru diuntungkan olehnya, semua tergantung persepsi dan kondisi setiap individu. Disaat sedang marah, tidak mood atau sedang stress berat terkadang suka sekali hati ini ingin menyalahkan dan memarahinya orang disekitar kita, tanpa ada alasan yang pasti. Belum tentu orang disekitar melakukan sesuatu yang membuat kita rugi bisa saja hanya sebatas lewat, bertanya, atau sedang buru-buru.

Baca Juga:  Walid Bin Mughirah sang Penentang Islam yang berjasa dalam islam

Disaat kita menganggap bahwa diri orang lain salah dan kita sendiri merasakan emosi yang naik melebihi batas wajar tanpa ada alasan yang jelas dan hanya mengandalkan alasan dari apa yang dilihat didepan mata, dengan kata lain kita sedang bersu’udzan pada seseorang. Suudzon atau berburuk sangka pada seseorang tanpa bukti yang yang valid. Adapun lawan kata dari suudzon yaitu husnudzon atau berbaik sangka kepada seseorang dengan menebak-nebak hal baik apa yang telah atau sedang dilakukannya.

Kedua hal yang saling bertolak belakang hadir secara alami dari diri manusia sejak lahir. Dari polosnya diri yang belum mengenal dunia hingga kasarnya yang penuh pengalaman yang dialami di dunia. Sesuatu yang tidak bisa dihindarkan bahkan lebih banyak muncul suudzon ditimbang dengan husnudzon. Kenapa?

Kita tahu sendiri didunia ini tidak hanya kita sebagai manusia sebagai penghuni dunia ini, tapi ada beberapa makhluk hidup yang juga berada didunia ini tetapi berbeda dimensi. Dan musuh dari Nabi Adam a.s. dan Hawa adalah iblis yang tidak akan pernah mau bersujud padanya. Iblis atau syaitan akan terus menggoda manusia dengan menghalalkan segala cara. Sehingga jika tidak hati hati tanpa kita sadari apa yang kita pikirkan pun bisa jadi sesuatu yang benar-benar tidak baik untuk diri sendiri. Tidak hanya syaitan, ada sesuatu yang tertanam di dalam hati manusia yaitu sebuah keinginan dengan istilahnya nafsu. Hawa nafsu inilah yang apabila tidak dikendalikan dengan baik hingga melebihi batas standar syari’at Islam hanya akan menjadi senjata bagi syaitan atau iblis untuk menyesatkan manusia agar tidak akan bisa merasaakan nikmat surga di Yaumil kiamat nanti.

Baca Juga:  Muslim Wajib Tahu! Ini dia Perbedaan Adab dan Akhlak

Cara untuk mengatasinya adalah dengan berhusnudzon atau berprasangka baik. Tidak menyalahkan tetapi mencoba membuat orang itu seperti sedang melakukan tugas nya sendiri. Yakin lah pada Allah, jika memang orang tersebut benar benar melakukan hal baik yang kita pikirkan. Akan tetapi jika orang tersebut melakukan hal yang sebaliknya dari apa yang kita pikirkan maka janganlah asal menuduh tetapi kembali lagi pada awal lagi untuk menebak-nebak hal berikutnya atau latar belakang dari apa yang dilakukannya. Pikirkan terlebih dahulu baru kemudian jika dirasa hal yang dilakukannya dapat menimbulkan hal buruk entah bagi sesiapun saat itulah kita mulai mencoba mengantisipasi nya

Ada sebuah riwayat hadis Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

Dan Rasulullah Saw bersabda: Janganlah salah satu dari kalian mati, kecuali dalam keadaan berprasangka baik terhadap Allah.” (HR. Muslim)

Dari kedua hadis ini pun sudah terlihat bahwa prasangka baik atau husnudzon adalah sesuatu yang diwajibkan kepada setiap individu terutama umat muslim muslimah. Dan untuk husnudzon pun perlu usaha lebih dari satu kali agar kita bisa menjadi pribadi yang yang lebih beriman.

Maka dari itu suudzon akan menjadi tantangan bagi umat Islam agar bisa menempa diri dari segala kesalahan yang pernah dilakukan dan diucapkan. Jika memang masih belum bisa terbiasa untuk berhusnudzon sering-seringlah membaca istighfar setiap hal buruk terjadi kalau bisa setiap hari.

 

 

Related Posts

Latest Post