almuhtada.org – Sudah berapa kali kamu menyesal dalam lantunan suara merdumu, kebahagiaan yang tidak adanya muncul mengisi kisah hidup diantara kisah lainnya. Kamu yang sudah berjuang entah seperti apa perjuangan mu, itu tidak pernah dianggap oleh orang lain. Mau siapapun kamu, rasa sakit yang selalu kami rasakan, sensasi yang selalu membuat mu muak untuk hidup terus menerus hadir tiasa henti seakan waktu yang kamu lihat di tembok itu melambat. Orang tidak akan peduli dengan hal itu, kecuali jika hasil dari semua yang kamu rasakan adalah yang terbaik dan pertama dari semua hasil yang dicapai manusia. Mereka hanya peduli pada orang yang dirasa paling dekat, sungguh manusia itu benar benar keji. Siklus kehidupan yang tidak akan pernah berakhir sampai akhirat pun masih.
Bukannya semua manusia itu saudara, satu keturunan Nabi Adam a.s. tapi kenapa mereka menganggap yang lainnya itu asing? Seakan bukan manusia, meski begitu hati manusia tidak pernah berbohong akan hal itu, masih ada perasaan bersaudara karena sama sama keturunan Nabi Adam a.s.
Hal yang rumit terus berlanjut, manusia yang memulai masalah nya dan manusia lah yang menyelesaikan nya. Mereka tidak pernah belajar dari kesalahan dari generasi ke generasi. Apa untungnya mencuri, sombong dan maksiat yang tidak berguna itu, gelar, dan harta yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Ia berharap bisa bertemu dengan kebahagiaan tapi ujungnya ketidakpuasan duniawinya yang menguasai hatinya. Semakin banyak populasi semakin rumit membedakan orang yang benar dan yang salah. Lihat dirimu yang terlihat sedang kesal akibat kesalahan hari ini. Kamu merasa menyesal dan mulai berandai-andai semua itu tidak pernah terjadi dan kamu bisa mengulang seperti video game.
Ketidakmampuan kamu untuk menerima segala kesalahan yang kamu perbuat membuat mu tidak bisa berharap pada siapapun dan apapun. Rasa sakit mulai muncul dalam hatimu, kau sudah tidak tahan lagi dengan hal ini, pusing memikirkan hal yang kamu lakukan, emosi melonjak tiada tara. Kamu mulai putus akan masa depan, dan mulai muncul keinginan ingin mengakhiri hidup dengan bunuh diri dengan alasan sudah muak dengan dunia. Tapi ada yang kamu lupakan selama hidupmu, bahwa kau tidak akan pernah tenang di alam kubur itu. Selama masih ada kesempatan bukannya kamu mencoba bersujud kepada Allah SWT. Berat rasanya memilih pilihan didepan mata, kamu seakan sedang berada di antas ribuan jalur yang benar tapi salah diakhirnya. Kebingungan mulai muncul tiada henti membuatnya menunda untuk memilih, dan melanjutkan kehidupan mu
Sampai kapan pun pilihan itu masih terbayang dalam pikiran mu. Kamu tidak bisa lagi memendam pilihan itu lagi, kamu mulai mencari jawabannya dengan berbagai referensi di internet seperti kamu sedang menjawab pertanyaan dari dosen dengan mencantumkan sumber ilmiahnya. Semakin hari pikiran mu mulai berubah , ternyata pilihan untuk mencoba sujud kepada Allah SWT itu tidak lah sulit tapi bunuh diri pun sama. Kemudian kamu berpikir jika aku masih bisa hidup sampai aku tua nanti apakah ada kejutan bagi ku? Kamu pun penasaran dan memilih untuk bersujud kepada Allah SWT, meski setiap harinya ia shalat wajib 5 waktu. Kamu mulai serius dalam urusannya dengan Allah SWT., semua hal yang kecil kamu perhatikan. Dan kamu mendapatkan sebuah kunci pertama dalam mengatasi cobaan yakni sabar. Setelah itu kamu diberi cobaan berbeda dari yang lalu.
Seperti biasa kamu mulai mengenali sistem kehidupan manusia didunia, dan sekarang kamu mulai yakin bahwa rencana Allah SWT itu yang terbaik, pasrah bukan berarti tidak melakukan apapun, tapi tetap berjuang dan disaat perjalanan itu iman mu diuji keraguan muncul, tapi kamu tidak peduli karena kamu sudah mengalami keraguan yang tidak terhingga. Kamu pun mulai yakin dengan Allah bahwa Allah akan senantiasa membantu mu, memaafkan mu, itu semua tergantung pada diri mu, antara yakin atau tidaknya secara batiniah bukan ucapan. Dan kamu mendapatkan kunci kedua dalam hidupmu, yaitu percaya bahwa Allah akan selalu menolongmu dan Allah SWT, punya caranya sendiri untuk memberikanmu hadiah yang sesungguhnya. Kini apa kamu sudah bersyukur dengan hidupmu?
Dahulu jika kamu memilih bunuh diri apa kamu akan setengah sekarang? Itu urusan amalmu. Jadi kamu mencari kunci ketiga tingkatkan yang lebih tinggi. Dan apakah ada yang peduli, tentu tidak. Karena mereka tidak pernah diberi tahu dan hanya berpikir bahwa dirinya yang paling benar.[] Ngafif Fatah Damawan