almuhtada.org – Dzikir merupakan bentuk komunikasi seorang hamba dengan Allah Swt. dalam rangka mengingat dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Kita diperintahkan Allah untuk senantiasa berdzikir setiap saat, dimanapun dan kapanpun.
Dzikir bukan hanya sekadar melafalkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir, tetapi juga mencakup kesadaran hati dalam mengingat kebesaran dan kekuasaan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Allah berfirman dalam Q.S. Ali-Imran: 190-191,
إنَّ في خَلْقِ السَّماوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring.” (QS. Ali Imran: 190-191)
Ayat ini menjelaskan bahwasanya segala yang Allah ciptakan sesungguhnya berdzikir kepada-Nya tanpa henti.
Burung yang berkicau, angin yang berhembus, ranting yang menggelayut, aliran sungai yang bermuara ke laut, dan lain sebagainya, semuanya merupakan bentuk dzikir ciptaan Allah kepada-Nya.
Sebagai manusia yang dianugerahi akal dan kemampuan berbicara, sudah selayaknya kita lebih giat dalam berdzikir kepada Allah melebihi ciptaan Allah yang lain.
Dengan berdzikir, insyaallah kita akan memperoleh ketenangan, perlindungan, dan kepasrahan total kepada Allah Swt.
Dzikir tidak mengenal tempat dan waktu.
Di mana pun dan kapan pun, kita harus membiasakan diri untuk berdzikir kepada Allah Swt.
Misalnya, ketika sedang berada dalam perjalanan, cobalah untuk memanfaatkan waktu tersebut untuk berdzikir sembari menikmati perjalanan serta memohon perlindungan kepada Allah agar diberi keselamatan hingga sampai pada tujuan.
Begitupun ketika menjalankan aktivitas lainnya, hendaknya kita selalu menyempatkan waktu untuk berdzikir kepada Allah Swt.
Qatadah rahimahullah mengatakan, “Inilah keadaanmu wahai manusia. Ingatlah Allah ketika berdiri. Jika tidak mampu, ingatlah Allah ketika duduk. Jika tidak mampu, ingatlah Allah ketika berbaring. Inilah keringanan dan kemudahan dari Allah.” (Dinukil dari Tafsir Az-Zahrawain, hlm. 846)
Rasulullah SAW juga senantiasa mengingat Allah dalam setiap keadaan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَذْكُرُ اللهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Artinya: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berdzikir (mengingat) Allah pada setiap waktunya.” (HR. Muslim) [HR. Bukhari, no. 19 dan Muslim, no. 737]
Seorang muslim yang baik adalah yang tidak lalai dari berdzikir kepada Allah Swt. dalam setiap keadaan.
Dengan berdzikir, kita dapat senantiasa menjaga hati agar selalu dekat dengan-Nya, memperoleh ketenangan jiwa, serta meningkatkan kualitas ibadah dan keimanan.
Oleh karena itu, marilah kita menjadikan dzikir sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari agar senantiasa mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah Swt. [Nihayatur Rif’ah]
Editor: Syukron Ma’mun