Al Muhtada.org –Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah konsep penting dalam Islam yang mengandung makna mendalam tentang dinamika kebaikan dan pencegahan keburukan. Konsep ini tidak sekadar menjadi ajakan untuk berbuat baik dan mencegah keburukan, tetapi juga mencerminkan kebutuhan untuk terus-menerus memahami dan menyesuaikan norma baik dan buruk dalam kehidupan masyarakat yang terus berkembang.
Dalam bahasa Arab, kata ma’ruf berasal dari kata ‘urf, yang berarti “sesuatu yang dikenal” atau “yang dipahami dan diterima oleh masyarakat”. Dengan demikian, amar ma’ruf dapat dimaknai sebagai ajakan untuk melakukan perbuatan baik yang sesuai dengan norma, tradisi, atau adat yang berlaku di masyarakat.
Namun, norma kebaikan ini tidaklah statis. Tradisi dan adat dalam masyarakat selalu mengalami perubahan, dan hal ini mengharuskan kita untuk terus mengontekstualisasi apa yang dianggap baik.
Sebagai contoh, keadilan adalah nilai kebaikan yang bersifat universal dan tetap. Namun, interpretasi tentang keadilan dapat berbeda-beda tergantung konteksnya. Keadilan bisa bermakna membagi secara sama rata, memberi sesuai prestasi, atau menempatkan sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu, amar ma’ruf bukan hanya soal menyerukan kebaikan, tetapi juga memahami bagaimana kebaikan itu diterjemahkan sesuai dengan perubahan zaman.
Kontekstualisasi norma baik ini penting agar tradisi yang baik tidak dianggap kuno atau usang, melainkan tetap relevan dengan perkembangan zaman. Dengan pendekatan ini, amar ma’ruf menjadi sebuah proses yang dinamis dan terus menerus, bukan sesuatu yang kaku atau dogmatis.
Sebaliknya, munkar berarti sesuatu yang dibenci, ditolak, atau dianggap buruk oleh masyarakat. Perbuatan munkar adalah segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan norma-norma sosial, adat, dan tentunya ajaran Allah SWT. Contohnya adalah tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain, seperti kebohongan, penipuan, atau perbuatan merusak lingkungan.
Seperti halnya ma’ruf, konsep munkar juga memiliki dimensi yang dinamis. Meskipun nilai-nilai dasar tentang keburukan bersifat tetap, cara masyarakat memahami dan mendefinisikan keburukan dapat berubah seiring waktu.
Oleh karena itu, nahi munkar tidak hanya berbicara tentang pencegahan keburukan, tetapi juga memerlukan pemahaman mendalam tentang konteks sosial yang terus berubah.
Dalam Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar disebut sebagai dua perintah yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengandung pesan perjuangan, kesungguhan, dan komitmen untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah keburukan. Ini adalah tugas setiap mukmin yang tidak dapat diabaikan.
Akan tetapi, tugas ini tidaklah mudah dan seringkali menghadirkan risiko di dunia nyata. Seorang yang menyeru kepada kebaikan mungkin dicap “sok suci” atau bahkan dimusuhi oleh kelompok tertentu yang merasa kepentingannya terganggu.
Kehadiran sekelompok orang yang konsisten menyerukan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sosial menjadi sangat penting. Mereka berperan sebagai penjaga norma-norma kebaikan dan pengingat agar masyarakat tetap menjauhi keburukan.
Dalam menjalankan tugas ini, dibutuhkan kesabaran dan keteguhan. Risiko sosial, seperti ejekan atau penolakan, adalah bagian dari perjuangan amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam era modern yang penuh dengan dinamika perubahan, tugas amar ma’ruf nahi munkar semakin menantang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat.
Norma-norma yang dulu dianggap sakral kini sering dipertanyakan atau bahkan ditinggalkan. Di sinilah peran reinterpretasi dan kontekstualisasi norma menjadi sangat penting.
Kontekstualisasi amar ma’ruf nahi munkar berarti mengintegrasikan nilai-nilai kebaikan yang tetap dengan cara-cara baru yang relevan dengan perkembangan zaman. Misalnya, di era digital, menyeru kepada kebaikan dapat dilakukan melalui media sosial dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif. Sebaliknya, pencegahan keburukan dapat dilakukan dengan edukasi tentang etika bermedia sosial atau melawan hoaks dan ujaran kebencian.[]Sholikhul Abidin
Editor: Ahmad Firman Syah