almuhtada.org – Abdullah bin Abi Khuhafah bin Amir adalah nama asli dari Abu Bakar. Nasabnya dengan Rasulullah SAW bertemu pada kakeknya yang ke enam yaitu Murrah.
Abu bakar dilahirkan 2 tahun setelah Rasulullah lahir dengan selisih 2 tahun 1 bulan. Karena selisih usia yang sedikit Abu Bakar adalah sahabat dan teman sejawat yang setia kepada Rasulullah, baik sebelum dan sesudah Rasulullah diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Ketika Nabi Muhammad diangkat menjadi Rosul, Abu Bakar termasuk Fastabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam) dari golongan laki-laki. Beliau juga mengajak kawan-kawannya untuk masuk Islam di antaranya ialah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Abdullah.
Lemah lembut, baik dalam pergaulan, rendah hati dalam pergaulan, amanah, dan dermawan serta selalu mempunyai hati yang berbelas kasihan dan penuh kasih sayang adalah sifat istimewa yang dimiliki oleh Abu Bakar. Tak hanya itu Abu Bakar juga sering memerdekakan budak muslim semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT.
Ketika Rasulullah SAW berhijrah Abu Bakar pun selalu menemani, bahkan sampai masuk ke dalam gua Hira. Saat Rasulullah sedang tidur di dalam gua Hira, Abu Bakar pernah digigit seekor hewan berbisa. Ada riwayat yang mengatakan bahwa hewan tersebut adalah kalajengking.
Akan tetapi, Abu bakar tidak berteriak dan bergerak karena takut membangunkan Rasulullah SAW. Hingga pada saat Abu Bakar meneteskan air mata dan jatuh tepat ke pipi Rasulullah, barulah Rasulullah terbangun dan Abu Bakar menceritakan apa yang dialaminya kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW pun mengobati luka Abu Bakar dan langsung sembuh.
Saat di Madinah, Abu Bakar selalu menemani, membela, dan menjaga Rasulullah SAW. Demikian ia lakukan juga saat peperangan-peperangan yang dijalani umat Islam. Abu Bakar merupakan seseorang yang membawa bendera perang saat terjadi perang Tabuk.
Pekerjaan Abu Bakar adalah berdagang. Sewaktu Rasulullah saw. sakit, Abu Bakar diperintahkan untuk menjadi imamnya. Maka Shalatlah beliau sebagai imam. Hal ini merupakan salah satu isyarah yang diberikan dari Rasulullah SAW bahwa Abu Bakar merupakan seseorang yang cocok memimpin umat Islam setelah beliau.
Kemudian ketika berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepadanya, Abu Bakar mendatangi orang-orang yang sedang berkerumun di sekitar kediaman Rasulullah SAW. Orang-orang itu terlihat bingung dan sedih karena kehilangan Rasulullah SAW. Abu Bakar lalu naik ke atas mimbar dan berkhutbah di hadapan orang-orang itu yang isinya mengajak mereka tetap sabar dan tenang.
Di antara khutbah beliau itu berbunyi, “Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad itu telah wafat. Akan tetapi barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu adalah Maha Hidup dan tidak akan mati.”
Beliau lalu membacakan firman Allah yang artinya : “Tidakkah Muhammad itu melainkan hanya seorang Rasul yang sudah didahului oleh beberapa Rasul yang sebelumnya. Apakah kalau Muhammad sudah meninggal dunia atau terbunuh, lalu engkau semua sama membalik atas tumit-tumit kakimu ( yakni murtad)?”
Oleh karena itu, Abu Bakar adalah orang yang paling sabar dan kuat dalam menahan emosi, sabar sebagai manusia meski menghadapi wafatnya Rasulullah SAW, namun beliau juga yang paling teguh hatinya. Mereka yang mendengar khutbah Abu Bakar merasa sedikit berkurang kekhawatiran dan penderitaannya.
Kegigihannya sebagai teladan yang patut ditiru. Sepeninggal Rasulullah SAW, persaudaraan Ansar bertemu di Quba Bani Saida yang dikenal sebagai Quba Tsaqifah (Aula Pertemuan), untuk membahas siapa yang akan menjadi Khalifah pada tahun ini. Ansar telah setuju untuk menunjuk seorang pemimpin bernama Saad bin Abu Ubadah.
Ketika para sahabat Muhajirin mengetahui bahwa para sahabat Ansar telah berkumpul, mereka berangkat ke Tsaqifah dengan dipimpin oleh Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah.
Kaum Ansar telah setuju untuk mengangkat Abu Ubaidah menjadi pemimpin mereka.
Ketika sahabat Muhajirin mengetahui bahwa sahabat Ansar berkumpul, mereka menuju ke Tsaqifah dan mereka dipimpin oleh Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah.
Golongan Ansar lalu berkata pada kaum Muhajirin, “Dari kita ada seorang pemimpinya dan dari Tuan pun ada pemimpinya (amirnya).”
Karena itu lalu timbullah perdebatan diantara kedua golongan itu. Kemudian Abu Bakar menyampaikan khutbah yang di dalamnya beliau menjelaskan tujuan utama mengapa ke khalifahan itu seharusnya dipegang oleh golongan Quraisy.
Antara lain beliau berkata, “Kitalah yang menjadi pemimpin (amir) dan golongan yang menjadi wazir (menteri) yakni pembantu. Tidakkah bangsa Timur Tengah itu beragama melainkan karena adanya kaum Quraisy itu? Agaknya aku telah rela, kalau yang menjadi khalifah itu adalah salah satu di antara dua orang ini, yakni Umar bin Khatab dan Abu Ubaidah.”
Umar bin Khatab lalu bangun dan menentramkan pertengkaran tadi serta segera menjabat tangan Abu Bakar dan mengangkatnya menjadi khalifah yang kemudian diikuti oleh banyak orang yang hadir. Kemudian Abu Bakar masuk masjid dan dibaiat oleh banyak orang. [Rani Alfina Rohmah]
Editor: Syukron Ma’mun