Almuhtada.org – Setiap tahun, antusias umat Islam di seluruh penjuru dunia memuncak menjelang kedatangan bulan Ramadan.
Namun, penentuan awal Ramadan seringkali menjadi perdebatan yang kompleks dan menarik perhatian banyak orang. Dalam pandangan Islam, beberapa metode yang digunakan dalam penentuan awal Ramadan, diantaranya:
- Pengamatan Hilal (Rukyatul Hilal)
ini merupakan penggabungan antara tradisi dengan Sunnah Nabi. Didalam tradisi Islam biasanya dilakukan pengamatan hilal pada akhir bulan sya’ban tujuannya tidak lain adalah sebagai penentu awal Bulan Ramadhan.
Pengamatan hilal ini menjadi momen langka dan sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam karena kehadirannya menjadi penentu awal bulan yang mulia.
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW seperti diriwayatkan al-Bukhari yang berbunyi, ”Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal, bila tertutup oleh awan maka sempurnakanlah bilangan Syakban jadi 30 hari” (HR Bukhari-Muslim).
- Hisab
Metode ini merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan awal atau akhir bulan dalam kalender Islam. Pendekatan ini didasarkan pada perhitungan matematis dan pengetahuan tentang astronomi atau ilmu falak.
Dengan bantuan perangkat lunak khusus, mereka mampu menghitung pergerakan bulan dan menentukan awal bulan baru dengan presisi yang tinggi.
Meskipun demikian, metode Hisab dianggap lebih objektif dan dapat diandalkan. Namun, tetap saja terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang validitas dan keabsahan metode ini dalam konteks penentuan awal Ramadan.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat dan interpretasi di antara umat Islam, adanya perbedaan metode penentuan awal Ramadhan ini semoga bukan menjadi ajang untuk mengadu domba dan menyelisihi satu sama lain. Karena sejatinya umat Islam diajarkan untuk hidup bertoleransi. [] Lailia Lutfi Fathin
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah