Almuhtada.org – Salah satu ibadah yang sangat penting bagi umat Islam adalah menjalankan puasa Ramadhan dengan niat yang baik.
Sangat membantu untuk mengetahui bacaan niat puasa sebelum berpuasa, dan juga waktu yang tepat untuk membacanya. Berikut enam lafal niat puasa sehari-hari selama bulan Ramadhan.
Pertama:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā ad
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala,”.
Kata ‘Ramadhana’ dianggap sebagai mudhaf ilaihi sehingga diakhiri dengan fathah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jar-nya. Sedangkan kata “sanati” diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr dengan alasan lil mujawarah. Redaksi ini merujuk pada Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu.
Kedua:
Baca Juga Lafal Niat Ramadhana dan Ramadhani dalam Beberapa Kitab
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā ad
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala,”
Kata “Ramadhana” dianggap sebagai mudhaf ilaihi sehingga diakhiri dengan fathah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jar-nya. Sedangkan kata “sanata” diakhiri dengan fathah sebagai tanda nashab atas ke-zharaf-annya. Lafal niat ini dinukil dari Kitab Asnal Mathalib.
Ketiga:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Kata ‘Ramadhani’ dianggap sebagai mudhaf ilaihi yang juga menjadi mudhaf sehingga diakhiri dengan kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jar-nya. Sedangkan kata ‘sanati’ diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jar atas badal kata ‘hādzihi’ yang menjadi mudhaf ilaihi dari ‘Ramadhani’. Redaksi ini ikutip dari Kitab Hasyiyatul Jamal dan Kitab Irsyadul Anam.
Keempat:
نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ
Nawaitu shauma Ramadhāna
Artinya, “Aku berniat puasa bulan Ramadhan,”
Kelima:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ
Nawaitu shauma ghadin min/’an Ramadhāna.
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan,” Lafal niat puasa Ramadhan nomor 4 dan 5 dikutip dari Kitab I’anatut Thalibin.
Keenam:
نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ
Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan,”.
Perbedaan dalam redaksi pelafalan ini tidak mengubah niat untuk berpuasa Ramadhan. Sama dengan lafal niat puasa Ramadhan nomor 2, lafal niat ini dinukil dari Kitab Asnal Mathalib.
Waktu untuk membaca niat puasa Ramadhan. Adapun waktu yang tepat untuk membaca niat puasa Ramadhan agar sah, yaitu dikerjakan di malam hari. []Raffi Wizdaan Albari
Editor: Maulina Istighfaroh