Almuhtada.org – Perang Badar adalah pertempuran penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada tahun 624 M di daerah Badar, dekat Madinah, Arab Saudi. Pertempuran ini antara pasukan Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW dan pasukan Quraisy dari Mekah yang jauh lebih besar.
Rasulullah mempersiapkan pasukan untuk berangkat dengan sekitar 313 hingga 317 orang, termasuk 82 hingga 86 dari Muhajirin, 61 dari suku Aus, dan 170 dari suku Khazraj.
Mereka tidak mengadakan pertemuan khusus sebelumnya dan tidak membawa banyak perlengkapan. Hanya ada dua kuda, satu dimiliki oleh Az-Zubair bin Al-Awwam dan yang lainnya dimiliki oleh Al-Miqdad bin Al-Aswad Al-Kindi.
Sementara itu, terdapat 70 ekor onta, dengan satu onta seringkali dinaiki oleh dua atau tiga orang. Rasulullah sendiri naik onta bersama Ali bin Abu Thalib dan Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi.
Beliau memilih Ibnu Ummi Maktum untuk mewakili dirinya di Madinah, namun ketika sampai di Ar-Rauha, keputusan ini ditentang oleh Abu Lubabah bin Abdul Mudzir yang menentang pengangkatan Ibnu Ummu Maktum sebagai pengganti posisinya di Madinah. Oleh karena itu, beliau kemudian mengubah pilihannya dari Ibnu Maktum menjadi Abu Lubabah.
Bendera komando tertinggi berwarna putih diberikan kepada Mush’ab bin Umair Al-Qurasy Al-Abdani. Pasukan Muslim dibagi menjadi dua kelompok, di mana batalyon pertama, yang disebut Batalyon Muhajirin, memegang bendera yang diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib, sedangkan batalyon kedua, yaitu Batalyon Ansar, memiliki bendera yang diberikan kepada Sa’d bin Mu’adz.
Az-Zubair bin Al-Awwam diberi tanggung jawab atas komando di bagian kanan garis depan, sedangkan Al-Miqdad bin Amr bertanggung jawab di bagian kiri karena keduanya adalah yang naik dalam barisan tersebut.
Sementara itu, tanggung jawab pertahanan di garis belakang diberikan kepada Qais bin Sha’sha’ah. Sedangkan komando tertinggi dipegang oleh Nabi Muhammad.
Dengan tanpa sedikit pun menunjukkan ketakutan, Nabi Muhammad berangkat dari pusat Madinah bersama pasukannya, melalui jalur utama menuju Makkah, hingga mereka mencapai sumur Ar-Rauha yang belum pernah dikunjungi olehnya sebelumnya.
Di sini, Nabi tidak memilih jalur ke kiri yang menuju Makkah, melainkan memilih jalur ke arah kanan menuju Badr, melalui Rahaqan dan lembah Ash-Shafra.
Meskipun pasukan Muslim jauh lebih sedikit jumlahnya, mereka berhasil memenangkan pertempuran ini. Kemenangan ini dianggap sebagai tanda dari intervensi ilahi karena keberhasilan pasukan yang jauh lebih kecil melawan kekuatan yang lebih besar. [] Sholihul Abidin
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah